Jumat, 17 Juni 2011

makalah museum kereta yogyakarta


BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang Penulisan
Pada akhir Mei 2011 lalu, penulis mengikuti kegiatan study wisata yang diselenggarakan oleh sekolah penulis, yaitu SMA Negeri KEBAKKRAMAT. Kegiatan study wisata ini dilakukan dengan mengunjungi beberapa obyek wisata yang juga merupakan obyek pendidikan, dimana pengunjung yang datang ke obyek tersebut dapat terhibur serta sedikit banyaknya pasti mendapatkan pengetahuan baru walaupun hanya seputar obyek tersebut.
Salah satu tujuan study wisata sekolah penulis adalah berkunjung ke sebuah museum kereta yang berada di daerah yogyakarta yakni di sebelah barat daya Alun-alun Utara atau tepatnya di Jalan Rotowijayan. Museum ini secara administratif terletak di wilayah Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta, Provinsi D.I Yogyakarta.
Museum itu adalah Museum Kereta Keraton Yogyakarta. Kereta yang menjadi koleksi museum ini bukan ketera api ataupun uap, melainkan kereta kuda milik Keraton KasultananYogyakarta. Kereta-kereta tersebut dulunya merupakan kendaraan utama Kasultanan Yogyakarta yang digunakan baik untuk kepentingan Keraton maupun pribadi.
Keberadaan Museum Kereta sudah dirintis pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Kereta koleksi museum ini telah berusia puluhan bahkan ada mencapai lebih dari seratus tahun. Beberapa masih digunakan dalam upacara-upacara kebesaran keraton. Yang tidak pernah digunakan umumnya karena pertimbangan usia dan sejarah yang pernah dilalui kereta-kereta tua itu.
Penamaan masing-masing kereta kuda tersebut seiring dengan kepercayaan orang-orang Jawa akan adanya roh atau kekuatan pada tiap benda. Lebih dari itu, penamaan dilakukan karena kereta-kereta tersebut telah banyak berjasa dan telah dianggap sebagai pusaka keraton. Kereta-kereta milik keraton tersebut masing-masing diberi nama dan memiliki kegunaan khusus.
Museum Kereta terletak masih dalam lingkungan Keraton Yogyakarta bagian barat daya alun-alun utara, tepatnya di Jalan Rotowijayan. Museum milik keraton yang dibangun dengan arsitektur Jawa ini berada di atas tanah seluas 14.000 meter persegi. Saat ini, museum ini memiliki koleksi sebanyak 18 buah kereta kuda. Diantara koleksi tersebut, Kereta Nyai Jimat adalah yang paling dihormati.
Berdasarkan bentuknya, kereta-kereta milik keraton dibagi menjadi 3 jenis. Yang pertama adalah kereta atap terbuka dan beroda dua. Contoh dari kereta jenis ini adalah Kereta Kapolitin. Jenis kedua adalah kereta atap terbuka dan beroda empat, misalnya Kyai Jongwiyat dan semua kereta yang menggunakan nama Landower. Dan, jenis terakhir adalah kereta atap tertutup dan beroda empat, misalnya Nyai Jimat, Kyai Garudayaksa, dan Kyai Wimanaputra.
Bentuk kereta juga membedakan fungsi dan penggunanya. Kereta jenis pertama digunakan oleh Sultan untuk kendaraan rekreasi. Jenis kedua digunakan oleh beberapa kelompok terpandang seperti para pengawal sultan, rombongan penari keraton, dan para komandan prajurit keraton. Yang ketiga adalah kereta khusus Sultan dan keluarganya. Kyai Ratapralaya yang dibuat di kampung Rotowijayan adalah kereta jenazah khusus bagi Sultan yang sudah mangkat. Dalam sejarahnya, kereta ini baru digunakan dua kali.
Sebagai pusaka keraton, kereta-kereta tesebut juga mendapat penghormatan berupa acara Jamasan. Jamasan adalah kegiatan memandikan, memberi "makan" berupa sesaji, dan mendoakan doakan semua benda pusaka. Jamasan pusaka keraton selalu jatuh pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pertama tiap bulan Suro ( bulan pertama dalam kalender Jawa). Upacara jamasan pusaka Keraton Yogyakarta berlangsung di dua tempat yaitu di Gedong Pusaka dan di Museum Kereta Keraton Yogya.
Ketertarikan penulis dengan hasil kerja para peneliti itulah yang melatarbelakangi penulisan karya tulis ini. Atas dasar itulah penulis ingin mengungkap hal tersebut melalui karya tulis ini.

Jumat, 01 Oktober 2010

peranan kota yogyakarta


Peranan Kota Yogyakarta

Pada tahun 1998, menjelang keruntuhan rezim Soeharto, sejumlah kota besar di negara ini mengalami kerusuhan yang mengakibatkan korban rakyat sipil. Ketika itu, tanggal 20 Mei pada tahun yang sama, ada gerakan rakyat yang melibatkan sejuta orang dari seluruh penjuru Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak yang memperkirakan, Yogyakarta pasti akan rusuh seperti kota-kota lain. Bahkan, Solo yang hanya berjarak 60 kilometer dari Yogyakarta ternyata mengalami kerusakan sangat dahsyat akibat amuk rakyat yang tak terkendali.

Perkiraan terjadinya kerusuhan di Yogyakarta meleset. Memang benar semua penduduk keluar rumah. Mereka berupaya menuju ke Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Jalan penuh, sampai ke lorong-lorong sempit di sekitar kawasan Malioboro yang padat penduduk. Pemilik toko tidak membuka usahanya. Sebagai ganti, mereka berpartisipasi dengan menyediakan makanan dan minuman untuk rakyat yang melalui kawasan di sekitar toko.

Pengaruh Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono (HB) X jelas besar dalam menentukan keamanan di wilayahnya. Waktu itu pemerintahan Provinsi DIY masih dijalankan oleh Paku Alam (PA) VIII, yang juga turut menemui massa di Alun-alun.

Sultan HB X sebagai raja yang mengayomi masyarakat dalam kondisi yang genting, penuh ketegangan dan provokasi, sering kali berkeliling ke seluruh Yogyakarta menenteramkan hati rakyat yang panas. Konsentrasi massa di pusat perbelanjaan yang sangat rawan dengan aksi perusakan dan pembakaran berhasil dilunakkannya. Semua merasa berterima kasih karena merasa diayomi Sang Raja.

Peristiwa itu sering disebut Pisowanan Ageng, yang menunjuk sebuah ritual pertemuan antara rakyat dan raja dalam tradisi keraton. Namun, banyak juga yang mengatakan sebagai gerakan rakyat Yogyakarta. Ini karena peran rakyat dalam aksi satu juta orang menjelang runtuhnya Soeharto di Yogyakarta itu sangat nyata.

Ketua Forum Persaudaraan Umat Beriman KH Abdul Muhaimin mengungkapkan, peristiwa ratusan ribu warga Yogyakarta yang turun ke jalan pada 20 Mei 1998 itu adalah gerakan rakyat.

”Saya salah satu yang menjadi organisator bersama-sama dengan Pak Loekman Sutrisno (almarhum guru besar Universitas Gadjah Mada/UGM). Dalam rapat-rapat sebelum peristiwa itu, saya selalu ikut. Pada tanggal 19, sehari sebelumnya, saya menandatangani 300 kartu identitas untuk relawan di Wisma Bethesda. Untuk menyelesaikan tanda tangan itu sampai pukul 3.00 dini hari. Rapat itu membahas rencana aksi dengan detail,” katanya.

Muhaimin, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat Kotagede, juga menjelaskan kenapa gerakan rakyat Yogyakarta yang melibatkan jutaan warga ini bisa berlangsung damai, tidak seperti Solo atau Jakarta yang sedemikian bergolak.

”Faktornya banyak. Sultan juga merupakan salah satu faktor sehingga aksi menjadi tidak beringas. Di Yogyakarta juga banyak mahasiswa yang terlibat dan mereka berpikir lebih ilmiah. Tetapi, saya kira kalau gerakan ini terjadi di kota lain, akan beda. Bisa hancur-hancuran. Kami semua sadar, kota ini selalu menjadi barometer, jika Yogyakarta ini bergolak, seluruh Indonesia juga akan bergolak. Kalau sudah demikian, yang akan menjadi korban justru rakyat. Inilah yang disadari oleh kami semua,” lanjutnya.

proses pembuatan alkohol


PROSES PEMBUATAN  ALKOHOL
PENDAHULUAN
Dalam suatu industri, baik itu dilakukan dengan tehnik fermentasi, kimiawi maupun fisik, yang perlu diperhatikan adalah stabilitas dari komponen-komponen pendukung kegiatan proses tersebut. Industri akan dapat berkembang dengan pesat bila ditinjau dari aspek teknis, social, dan financial saling mendukung. Industri fermentasi untuk menghasilkan alkohol, meskipun telah dilakukan oleh negar-negara maju sejak berabad-abad yang lalu, tetapi para peneliti masih terus melakukan penelitian khususnya dalam upaya meningkatkan efisiensi dari proses.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvPiax4gxeGlpwHsU4m7SNJzRZ8QX4VR65_nF4XiEIJyHFd_AALBM4vhexbz3PxDtKvz3vggVTkSbRuF0HrHsHk9af_131Za-J72KN8TagLRGlw2dbv4OpEBVWh-zuMACrzF8jLqMvKmY/s200/alkohol.jpg

Selasa, 28 September 2010

sistem periodik unsur


SISTEM PERIODIK UNSUR

BAB I
PENDAULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Sangat banyak macam unsur ditemukan dalam alam. Sampai saat ini telah dikenal 112 buah unsur. Unsur-unsur dapat memiliki sifat-sifat yang mirip atau pun berbeda. Agar lebih mudah mempelajari unsur-unsur yang sangat banyak, dilakukan upaya-upaya pengelompokan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat-sifatnya.
Dalam makalah ini dibahas pengelompokan unsur-unsur dalam Sistem Periodik, perkembangan pengelompokan unsur-unsur, serta keperiodikan sifat unsur-unsur dalam sistem periodik. Keperiodikan sifat unsur-unsur meliputi perubahan secara jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron, dan keelektromagnetifan unsur-unsur.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut diatas ditemukan masalah pokok yang akan kami bahas diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah opengelompokan unsur?
2. Apa sistem periodik modern?
3. Bagaimana sifat-sifat periodic unsur?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini berusaha untuk mencari data tentang sistem periodic dari para ahli dibidanynya. Secara rinci tujuan dari penelitian makalah ini penulis ingin mengetahui tentang :
1. Bagaimana sejarah pengelompokan unsur?
2. Apa sitem periodik modern?
3. Bagaimana sifat-sifat periodic unsur?




BAB II
PEMBAHASAN


1. Sejarah Dalam Pengelompokan Unsur

Tabel periodik pada mulanya diciptakan tanpa mengetahui struktur dalam atom: jika unsur-unsur diurutkan berdasarkan massa atom lalu dibuat grafik yang menggambarkan hubungan antara beberapa sifat tertentu dan massa atom unsur-unsur tersebut, akan terlihat suatu perulangan atau periodisitas sifat-sifat tadi sebagai fungsi dari massa atom. Orang pertama yang mengenali keteraturan tersebut adalah ahli kimia Jerman, yaitu Johann Wolfgang Döbereiner, yang pada tahun 1829 memperhatikan adanya beberapa triade unsur-unsur yang hampir sama.

Beberapa triade
Unsur Massa atom Kepadatan
Klorin 35,5 0,00156 g/cm3
Bromin 79,9 0,00312 g/cm3
Iodin 126,9 0,00495 g/cm3
Kalsium 40,1 1,55 g/cm3
Stronsium 87,6 2,6 g/cm3
Barium 137 3,5 g/cm3

Temuan ini kemudian diikuti oleh ahli kimia Inggris, yaitu John Alexander Reina Newlands, yang pada tahun 1865 memperhatikan bahwa unsur-unsur yang bersifat mirip ini berulang dalam interval delapan, yang ia persamakan dengan oktaf musik, meskipun hukum oktaf-nya diejek oleh rekan sejawatnya. Akhirnya, pada tahun 1869, ahli kimia Jerman Lothar Meyer dan ahli kimia Rusia Dmitry Ivanovich Mendeleyev hampir secara bersamaan mengembangkan tabel periodik pertama, mengurutkan unsur-unsur berdasarkan massanya. Akan tetapi, Mendeleyev meletakkan beberapa unsur menyimpang dari aturan urutan massa agar unsur-unsur tersebut cocok dengan sifat-sifat tetangganya dalam tabel, membetulkan kesalahan beberapa nilai massa atom, dan meramalkan keberadaan dan sifat-sifat beberapa unsur baru dalam sel-sel kosong di tabelnya. Keputusan Mendeleyev itu belakangan terbukti benar dengan ditemukannya struktur elektronik unsur-unsur pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20