TUGAS
AERODINAMIKA
“ SISTEM
PENGGERAK BALING-BALING HELIKOPTER “
Tugas ini Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aerodinamika
SUPARYANI
K2512070
Program
Studi Pendidikan Teknik Mesin
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Sebelas Maret
Surakarta
Sistem Penggerak Baling-baling
Helikopter
Helikopter adalah
sebuah pesawat yang mengangkat dan terdorong oleh satu atau lebih rotor
(propeller) horizontal besar. Helikopter diklasifikasikan sebagai pesawat
sayap-berputar untuk membedakannya dari pesawat sayap-tetap biasa lainnya.
Kata helikopter berasal dari bahasa Yunanihelix (spiral)
dan pteron (sayap). Helikopter yang dijalankan oleh mesin diciptakan
oleh penemu Slovakia Jan Bahyl.
Helikopter merupakan alat
transportasi yang digerakan oleh rotor dan memiliki kemampuan mendarat dan
terbang secara vertikal. Helikopter juga bisa bergerak maju dan mundur di
udara, selain itu helikopter memiliki kemampuan mengapung di udara. Karena
kemampuannya ini helikopter banyak di manfaatkan untuk berbagai kepentingan.
Helikopter mendapatkan daya untuk
bergerak dari rotor yang berputar. Rotor helikopter memiliki bentuk aerofoil
yang bentuknya mirip dengan sayap pada pesawat terbang. Saat rotor berputar
udara akan bergerak pada permukaan atas rotor dan mengakibatkan tekanan diatas
permukaan rotor lebih rendah dari permukaan dibawah rotor sehingga helikopter
terangkat keatas , konsep dasar aerodinamika
Inilah yang menghasilkan helikopter dapat bebas terbang bergerak ke semua arah.
Gambar
1. Bentuk dan bagian-bagian umum pada sebuah helikopter
Dibandingkan
dengan pesawat sayap-tetap lainnya, helikopter lebih kompleks dan lebih mahal
untuk dibeli dan dioperasikan, lumayan lambat, memiliki jarak jelajah dekat dan
muatan yang terbatas. Sedangkan keuntungannya adalah gerakannya, helikopter
mampu terbang di tempat, mundur, dan lepas landas dan mendarat secara vertikal.
Terbatas dalam fasilitas penambahan bahan bakar dan beban/ketinggian,
helikopter dapat terbang ke lokasi mana pun, dan darat di mana pun dengan
lapangan sebesar rotor dan setengah diameter. Landasan helikopter disebut
helipad.
1. Prinsip Kerja Helikopter
Helikopter bisa terbang karena gaya
angkat yang dihasilkan oleh aliran udara yang dihasilkan dari bilah-bilah
baling-baling rotornya. Baling-baling itu yang mengalirkan aliran udara dari
atas ke bawah. Aliran udara tersebut sedemikian deras sehingga mampu mengangkat
benda seberat belasan ton. Setiap baling-baling helikopter memiliki bentuk
aerofoil yang mirip dengan sayap pada pesawat terbang. Daya angkat yang
ditimbulkannya tergantung pada sudut serang (angel of attack) dan kecepatan
baling-baling saat berputar. Teorinya sebenarnya cukup sederhana namun
prakteknya rumit.
Gambar
2. Bentuk baling-baling (rotor blade) helicopter.
Pada dasarnya, prinsip dasar terbang
dari pesawat bersayap tetap (fixed wing) dengan helikopter yang dikenal juga
pesawat bersayap putar pada dasarnya tetap. Kuncinya ada pada dua kekuatan
besar yang bekerja terpadu, menghasilkan gaya angkat dan daya dorong yang
besar.
Gambar
3. Gaya angkat dan dorong dari putaran baling-baling helicopter.
2. Baling-baling rotor (rotor
blade) Helikopter
Photo
courtesy U.S. Department of Defense
Gambar
4. Baling-baling rotor Helikopter (contoh dari AH-64A Apache).
Pada helikopter, fungsi sayap
digantikan oleh baling-baling yang setiap baling-balingnya meski berukuran
lebih kecil dari sayap pesawat biasa, namun ketika diputar curvanya relatif
sama dengan sayap pesawat. Untuk mendapatkan gaya angkat, baling-baling rotor
harus diarahkan pada posisi tertentu sehingga dapat membentuk sudut datang yang
besar. Prinsipnya sama dengan pesawat bersayap tetap, pada helikopter ada dua
gaya besar yang saling memberi pengaruh. Aliran udara yang bergerak ke depan
baling-baling menekan baling-baling sehingga bilah baling-baling terdorong
balik ke belakang menghasilkan suatu gaya angkat kecil. Tetapi ketika aliran
udara bergerak cepat melewati bagian atas dan bawah bilah-bilah baling-baling,
tekanan udara yang besar di antara baling-baling otomatis akan mengembang ke
seluruh permukaan yang bertekanan lebih rendah, menyebabkan baling-baling
terdorong ke atas dan helikopter pun terangkat. Yang perlu diingat, meski
bilah-bilah baling-baling itu hanya beberapa lembar, namun dalam keadaan berputar
cepat, ia akan membentuk suatu permukaan yang rata dan udara yang menekannya ke
atas menimbukan tekanan besar yang akhirnya menghasilkan gaya angkat yang besar
pula. Prinsip ini sama dengan fungsi propeler pada pesawat
bermesin turboprop dan sama pula dengan "kitiran/kincir"
mainan anak-anak.
Gambar 5.
Kerja mesin turboprop pada pesawat.
Gambar 6.
Turboprop pada pesawat Tu-95.
3. Sayap kecil pada helikopter
(Canard)
Beberapa
helikopter yang digunakan dalam perang, seperti “Mil Mi-24 Super Hind Mk III”
misalnya dilengkapi dengan sayap kecil yang disebut canard, fungsi pertamanya
untuk meringankan beban rotor utama dan yang kedua untuk meningkatkan laju
kecepatan dan memperpanjang jangkauan jelajah. Fungsi lain adalah sebagai gantungan
senjata, rudal dan lain-lainnya. Dengan menambahkan sayap pendek ini, maka
perbedaan fungsional antara pesawat tetap dengan helikopter menjadi samar.
Pesawat bersayap tetap juga ada yang mampu terbang-mendarat secara vertikal
(Vertical Take-off Landing/VTOL). Contohnya, Harrier dari jenis Sea Harrier
atau AV-8 Harrier.
Gambar 7.
Canard pada helicopter “Mil Mi-24 Super Hind Mk III”.
Gambar 8.
Pesawat bersayap tetap yang mampu mendarat vertical (AV-8 Harrier).
4. Kontrol baling-baling rotor
pada Helikopter
Kelebihan pesawat bersayap tetap,
terutama soal terbangnya karena pesawat berjenis ini memiliki platform yang
lebar sehingga relatif lebih stabil saat melakukan penerbangan. Soal
menerbangkannya, itu persoalan mengatur kemudi guling pada sayap dan stabilizer
tegak dan datar yang ada pada ekornya. Tetapi pada Helikopter tidaklah
demikian. Ketika bilah-bilah baling-baling rotornya menghasilkan gaya angkat,
rotornya sendiri bekerja memindahkan udara di atasnya ke bawah
sebanyak-banyaknya. Disaat itu berat udara yang dipindahkan mengurangi berat
helikopter sehingga helikopter itu terangkat. Dan bila helikopter itu
terangkat, berarti terjadi keseimbangan berat antara udara yang dipindahkan
dari atas ke bawah dengan bobot helikopternya. Untuk mengoperasikan helikopter
itu ada alat kemudi yang biasa disebut collective
pitch dan cyclic pitch masing-masing berfungsi sebagai pengatur
gaya angkat dan pendorong helikopter untuk melaju ke depan. Begitu sederhana
cara kerjanya, tetapi mentransformasikannya dalam sebuah teknologi sungguh
pekerjaan yang sangat rumit.
Gambar
9. Kontrol pada helikopter.
Collective pitch merupakan pengatur
kemiringan semua rotor blade secara berbarengan yang dapat menghasilkan gaya
angkat secara vertikal. Cyclic pitch merupakan pengatur kemiringan untuk
masing-masing rotor blade pada setiap perputaran rotor. Hal tersebut
mempengaruhi gerakan berputar pesawat, menggerakan bagian depan helikopter ke
atas atau ke bawah atau memutar pesawat dari sisi ke sisi. Selain itu terdapat
differential collective pitch yang merupakan pengontrol yang mempengaruhi
gerakan helikopter ke kiri atau ke kanan. Differential collective pitch
memungkinkan salah satu pitch terangkat lebih tinggi dari collective pitch
lainnya. Hal ini meningkatkan perlawanan dan torsi yang lebih dalam satu rotor
dari pada rotor yang lainnya sehingga dapat memutar pesawat pada sumbu
vertikal.
Gambar
10. Collective pitch sebagai pengatur daya angkat helikopter.
Gambar
11. Cyclic pitch sebagai pengatur daya dorong helikopter.
Gambar
12. Differential collective pitch sebagai pengatur gerakan berputar pada sumbu
vertikal.
Gambar
13. Lepeng blade pada posisi awal.
Gambar
14. Lempeng blade terangkat akibat collective pitch berubah.
Gambar
15. Perubahan dari cyclic pitch control.
5. Kontrol putaran rotor blade
helikopter (control heading)
Pada konfigurasi rotor, bukan
hanya sekedar bisa berputar lalu terbang dan mengambang. Sebab setiap
baling-baling yang diputar akan selalu menimbulkan tenaga putaran
yang disebut dengan istilah umum torque. Untuk menghilangkan atau menangkal
tenaga putar yang bisa menyebabkan badan helikopter itu berputar, maka perlu
dipasang antitorque.
Gambar
16. Heading kontrol helikopter.
Antitorque
ini dapat berupa tail rotor atau rotor ekor yang dipasang pada ekor pesawat
yang juga berfungsi sebagai rudder. Konfigurasi ini dapat dilihat pada
helikopter umumnya seperti Bell-412, Bell-205 atau UH-1 Huey, atau NBO-105, dan
AS-330 Puma atau AS-335 Super Puma, AH-64 APACHE atau Mi-25 HIND.
Gambar
17. Contoh konfigurasi tail rotor pada Bell-205 dan Mi-25 HIND.
Selain
menggunakan tail rotor, masih ada beberapa desain yang lain. Misalnya yang
menggunakan sistem tandem seperti yang digunakan pada helikopter Boeing CH-47
Chinook atau CH-46 Sea Knight. Kedua rotor tersebut yang bersama-sama berukuran
besar masing-masing ditempatkan di depan dan di belakang badan helikopter.
Keduanya simetris namun memiliki putaran yang berlawanan arah . Maksudnya untuk
saling meniadakan efek putaran yang ditimbulkan satu sama lain, intermesh dalam
bahasa populernya.
Gambar
18. Contoh sistem tandem pada helikopter CH-46 Sea Knight (kiri) dan
V-12 (kanan).
Cara
lain adalah dengan konfigurasi egg-beater. Konfigurasi rancang bangun seperti
ini digunakan pada helikopter Ka-25 Kamov buatan Rusia atau Kaman HH-43 Husky.
Kedua baling-baling yang sama besarnya itu diletakkan dalam satu poros,
terpisah satu sama lain dimana yang satu diletakkan diatas rotor lainnya.
Keduanya berputar berlawanan arah. Maksudnya untuk menghilangkan efek putaran
atau torque.
Selain ketiga cara di atas,
dibuat juga konfigurasi tanpa rotor ekor. Helikopter ini disebut NOTAR (No Tail
Rotor) ini memiliki sistem yang sedikit berbeda dengan sistem yang
ada, di mana memanfaatkan semburan gas panas dari mesin utama yang
disalurkan melalui tabung ekor. Contohnya adalah helikopter MD-902 Explorer.
Gambar 20.
Diagram dari sistem NOTAR.
Gambar 21.
Contoh helikopter dengan sistem NOTAR (MD-902 Explorer)
Cara kerja helikopter
helikopter dapat naik keatas karena
adanya gaya angkat yang dihasilkan oleh baling-baling helikopter. prinsip
baling-baling ini sama dengan prinsip kerja sayap pesawat pada umumnya.
ketika dilihat dari samping, bentuk
bilah baling-baling helikopter, akan tampak seperti gambar diatas. ketika bilah
berputar maka udara didepan bilah akan menumbuk dibagian bawah bilah. karna hal
ini,bilah akan mendapatkan gaya dorong keatas. besar gaya angkat (gaya dorong
keatas) ditentukan oleh kecepatan putar baling-baling,luas penampang bilah,dan
sudut serangan(angle of attact).
agar helikopter bisa terbang
kedepan, bidang putaran baling-baling bisa diubah miring kedepan ,sehingga gaya
angkat tadi tidak vertikal tapi condong kearah depan.
(
di bagian kokpit ada kontroler untuk mengatur kemiringan bidang putaran
baling-baling)
ketika
baling - baling berputar, berlaku hukum kekekalan momentum sudut yang
menyebabkan badan pesawat akan berputar berlawanan arah dengan arah putar
baling-baling. untuk mencegah berputarnya badan pesawat diperlukan gaya
pembalik,yaitu dibuatnya baling-baling pada ekor pesawat
maaf.
BalasHapusdapat kah saya membuat nya ???
bagai mana cara, alat, dan bahannya???
dimana saya dapat membeli?
berapa uang yang saya butuhkan???
mohon jawaban nya.
mohon maaf penulis baru sedang dalam tahap prototype belum bisa sampai yang detail.
HapusTinggal di mana
HapusCantum kan no yg bisa di hubungi bosqu
BalasHapusCantum kan no yg bisa di hubungi bosqu
BalasHapusuntuk keperluan apa ya ?
Hapusterima kasih, semoga bermanfaat.
BalasHapusUkuran panjang dan lebar baling baling atas serta belakang helikopter
BalasHapusUkuran baling baling atas dan belakang helikopter serta lebarnya berapa
BalasHapusTerbuat dari apakah baling baling helikopter inibung?
BalasHapus