BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kenyamanan berkendara merupakan salah satu
syarat mutlak yang harus dimiliki sebuah kendaraaan. Karena berhubungan dengan
keamanan atau safety untuk pengendara, penumpang, kendaraan itu sendiri ataupun
terhadap kendaraan lain, dan terbentuknya keadaan regulasi lalu lintas yang
baik. Salah satu faktor yang sangat berperan adalah kondisi steering/kemudi
kendaraan. Kemudi berfungsi sebagai pengatur arah kendaraan yang dilakukan oleh
driver, sehingga kondisi kemudi mempengaruhi driver dalam rangka mengontrol
laju kendaraan itu sendiri. Kondisi kemudi yang kurang baik akan mengakibatkan
ketidaknyamanan bai driver, sehingga cepat lelah dan lebih besar lagi berdampak
pada terjadinya kecelakaan. Keadaan kenyamanan kemudi/steering sangat
tergantung pada kondisi dari penyetelan roda-roda, baik roda depan ataupun roda
belakang (wheel alignment). Tujuan spooring adalah untuk menyelaraskan antara roda
kanan dan kiri. Kestabilan antara ban pada mobil ini sangat bermanfaat apalagi
pada saat mobil sedang melaju pada kecepatan tinggi. Pemakaian kendaran
dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan perubahan kondisi dari komponen
roda depan, sehingga memerlukan perawatan secara rutin agar kondisi ban
dan komponensteering lebih tahan lama serta pengendara lebih nyaman. Untuk
jangka waktu pemeliharaan spooring adalah sekitar setiap 15000 km atau 4 bulan.
Spooring
merupakan pekerjaan penyetelan front wheel alignment (penyetelan roda depan)
yang meliputi: chamber, caster, toe angle (toe-in/toe-out), dan turning radius.
Fungsi spooring sendiri adalah untuk menjaga stabilitas kendaraan meliputi:
kemudi yang ringan, menghasilkan gaya putar kembali setelah belok dan mencegah
kendaraan belok sendiri setelah dilepas. Selain itu, apabila perawatan yang
rutin akan mengurangi keausan pada komponen-komponen ball-joint dan ban/roda.
Untuk syarat kedaraan dilakukan pekerjaan spooring diantaranya harus keadaan
kaki-kaki kendaraan dalam kondisi yang normal.
Ada
banyak sekali bengkel spooring dan balancing yang ada di kota solo salah
satunya yaitu bengkel indo putra ban yang merupakan bengkel cabang dari solo
putra ban . bengkel indo putra ban melayani spooring dan balancing.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, permasalahan yang muncul adalah
sebagai
berikut:
1.
Dimana letak bengkel Indo Putra Ban ?
2.
Apakah yang dimaksud dengan spooring ?
3.
Mengapa perlu dilakukan spooring pada mobil ?
4.
Kapan mobil harus dilakukan spooring ?
5.
Bagaimana cara spooring 3D di bengkel Indo Putra Ban ?
C.
Tujuan Observasi
Setelah melakukan kegiatan observasi lapangan ke
bengkel Indo Putra Ban , mahasiswa dapat
memperoleh tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui letak bengkel Indo Putra Ban
2.
Untuk mengetahui tentang spooring
3.
Untuk mengetahui pentingnya dilakukan spooring pada
mobil
4.
Untuk mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan
spooring pada mobil
5.
Untuk mengetahui cara melakukan spooring 3D di bengkel
Indo Putra Ban
6.
Untuk mengetahui informasi keadaan bengkel secara utuh
7.
Untuk mengetahui bahan
pengayaan untuk aplikasi
chasis yang diperoleh
selama observasi.
8.
Untuk mengetahui pengalaman melalui pengamatan langsung
sebagai bahan studi banding dengan teori yang sudah didapat di
bangku kuliah.
D.
Manfaat Observasi
Setelah melakukan kegiatan observasi lapangan ke
bengkel Indo Puta Ban , mahasiswa dapat
memperoleh manfaat sebagai berikut :
1)
Dapat mengetahui letak bengkel
Indo Putra Ban
2)
Dapat mengetahui tentang spooring
3)
Dapat mengetahui pentingnya
dilakukan spooring pada mobil
4)
Dapat mengetahui waktu
yang tepat untuk melakukan spooring pada mobil
5)
Dapat mengetahui cara
melakukan spooring 3D di bengkel Indo Putra Ban
6)
Dapat mengetahui
informasi keadaan bengkel secara utuh
7)
Dapat mengetahui
bahan pengayaan untuk
aplikasi chasis
yang diperoleh selama observasi.
8)
Dapat mengetahui
pengalaman melalui pengamatan langsung sebagai bahan studi banding dengan
teori yang sudah didapat di bangku kuliah.
BAB II
PELAKSANAA OBSERVASI
A.
Waktu Pelaksanaan Observasi
Pada
dasarnya saya melaksanakan observasi di bengkel Indo Putra Ban yaitu:
1.
Hari, tanggal : Senin, 8 Desember 2014
2.
Tempat : Bengkel Indo Putra Ban
3.
Waktu : Pukul 09.00 – 10.30 WIB
B.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang
saya pergunakan dalam observasi bengkel Indo Putra Ban yaitu:
1.
Metode Penelitian/ Observasi
Metode
penelitian/ observasi merupakan metode yang mana pelaku langsung melakukan
penelitian di tempatnya atau pada suatu objeknya yaitu Bengkel Indo Putra Ban
2.
Metode Interview
Metode Interview merupakan metode komunikasi
antara pihak satu dengan pihak lain yaitu dengan wawancara.
3.
Metode Dokumentasi
Metode
dokumentasi merupakan metode pengambilan informasi atau objke terhadap subjek
yang di amati yaitu seperti halnya pengambilan gambar dengan kamera.
4.
Metode Studi Pustaka
Metode studi
pustaka merupakan suatu metode dengan cara pengambilan informasi melalui
majalah, buku, bahkan melaui internet.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
IDENTITAS BENGKEL
Bengkel Indo Putra Ban merupakan sebuah
bengkel yang melayani service dibidang ban , salon mobil, spooring 3D ,
Balancing 3D , olie , dan variasi . bengkel indo putra ban terletak di jalan
Ahmad Yani 353 solo atau 200 meter dari perempatan Manahan . bengkel indo putra
ban merupakan sebuah bengkel cabang dari bengkel solo putra ban yang terletak
jalan perintis kemerdekaan No. 50. Bengkel indo putra ban merupakan authorized
ban brigestone .
Gambar 1dan 2. Gambar bengkel Indo Putra Ban tampak depan
Gambar 3. Macam-macam service yang dilayani
Gambar 4. Macam-macam ban yang dijual
Bengkel Indo Putra Ban dipimpin oleh
seorang kepala bengkel perempuan bernama Ibu Astuti dan dua orang mekanik yang
dikepalai oleh Bapak Muslih.
Gambar
5. Foto bareng Bu Astuti
Gambar
6. Foto bareng Bapak Muslih
B.
PENGERTIAN
SPOORING
spooring adalah meluruskan roda depan
dengan belakang kedudukan roda sesuai dengan spesifikasi dari tipe mobil.
Dengan kata lain , spooring adalah menyelaraskan kedudukan tiap roda depan antara
roda kiri dan roda kanan ( penyelarasan FWA ). Efek yang ditimbulkan dari
penyetelan front wheel alaigmentdapat dianalisa dengan adanya pengamatan serta
ujian. Kekurangan dari penyetelan wheel alignment ini terdeteksi dari percobaan
tes jalan lurus , jalan berbelok , saat posisi kembali dari perlakuan berbelok
, kausan bagian-bagian ban yang mendapat traksi pada bagian jalan serta
beberapa factor keselamatan dari pengemudi.
Aspek pengamatan dari pengujian
tersebut meliputi chamber, caster, toe angle , dan kingpin inclination.
Pengamatan secara visual dapat terdeteksi denganadanya pola keausan ban.
1)
Chamber
Menurut Toyota Astra
Motor ( 1995) chamber adalah kemiringin roda depan terhadap garis vertical jika
dilihat dari depan kendaraan. Pada roda depan terdapat chamber sehingga bagian
atas lebih lebar dibandingkan bagian bawah salah satu fungsi chamber adalah
untuk mencegah gerak main kingpin bush atau hubungan bearing berlebihan atau
menyebabkan deformasi axle karena pembebanan. Jika roda miring kearah luar
kendaraan maka nilainya positif (+) dan jika roda miring kea rah dalam
kendaraan maka nilainya negative (-).
Gambar 7. Chamber
Fungsi lain dari chamber adalah
untuk mencegah roda bergeser dari posisinya. Chamber menghasilkan gaya yang
mendorong spindle ke dalam sehingga mencegah roda bergeser keluar dari spindle
bahakan jika baut roda kendor.
Tujuan chamber negative adalah untuk
mengutamakan kendaraan dapat berjalan lurus dan stabil. Chamber negative
mengurangi ground clearance kendaraan selama menggelinding ( kemiringan
kendaraan selama berbelok ). Untuk menyempurnakan kemampuan belok kendaraan .
biasanya chamber negative didapat pada kendaraan dengan mesin depan dan
penggerak roda depan ( front engine front wheel drive).
2)
Caster
Caster adalah kemiringan kedepan
atau kebelakang dari kingpin terhadap dari garis vertical. Fungsi utama caster
adalah mengembalikan roda depan ke posisi lurus. Jika symbol “T” digunakan
untuk mengidentifikasi titik dimana garis perpanjangan bagian tengah kingpin
bertemu dengan permukaan jalan. “T” berada di depan garis tengah ban pada
permukaan jalan. Titik perpotongan yang sama dapat dihasilkan dari kingpin
veetical jika posisi dipindahkan ke depan tanpa menyediakan sudut inklinasi .
Gambar 8. Caster
Sudut caster bervariasi sesuai
dengan karakteristik pegas , karena caster ditentukan saat front axle dipasang
ke front spring. Ini berarti sudut caster dipengaruhi oleh variasi pegas juga
dipengaruhi oleh dfleksi permanen. Saat mobil dikendarai pada jalan rusak atau
saat beban mobil bervariasi , sudut caster juga bervariasi karena karakteristik
dari front spring berubah secara konstan saat aksi pemegasan terjadi.
Saat rem diinjak sudut caster
cenderung mengecil karena adanya perlambatan pada roda depan menyebabkan front axle
terpuntir ke depan. Roda pada kereta dorong posisinya selalu dibelakang garis
tengah shaft dan mengikuti arah dorongan. Ini karena jarak tertentu disediakan
antara garis tengah shaft dan garis tengah roda. Semakin panjang jarak antara
garis tengah shaft dan roda dan semakin besar beban yang bekerja pada roda dan
kecepatan bergeraknya semakin tinggi , kembalinya roda kemudi ke posisi lurus
semakin baik dan kerja kemudi semakin keras.
Pada kendaraan modern , roda depan
memiliki sudut caster yang sangat kecil atau bahkan sudut caster negative.
Alasannya adalah saat kendaraan bergerak pusat dari tekanan persinggungan roda
di belakang garis tengah ban dan ini menambah ke sudut caster positif. Oleh
karena itu , roda tetap terkendali ke posisi lurus bahkan jika menggunakan
sudut caster negative.
Kegunaan caster
antara lain :
a.
Untuk membantu control arah kendaraan dengan cara menjaga
posisi roda depan agar tetap lurus kedepan.
b.
Membantu agar roda depan kembali lurus kedepan setelah
berbelok
c.
Untuk mananggulangi pengaruh efek road crown pada arah
kendaraan
d.
Membantu kinerja suspense sesuai dengan desain suspensi
kendaraan , sudut chamber angle dan sudut kemiringan steering axis afar
perubahan chamber pada saat mobil berbelok sesuai dengan keinginan.
3)
Toe Angle
Toe angle adalah perbedaan jarak
antara roda depan bagian depan dengan roda depan bagian belakang. Jika roda
depan bagian depan lebih pendek dibanding roda depan bagian belakang maka
dinamakan toe-In , namun jika roda depan bagian depan lebih panjang dibandingkan
roda depan bagian belakang maka dinamakan toe-out.
Fungsi utama toe
angle adalah untuk membantalkan chamber thrust
Gambar 9. Toe-Angle
Kondisi
kendaraan ( mobil) yang biasanya disarankan agar melakukan spooring antara lain
:
1.
Terjadi getaran pada setir yang mengganggu kenyamanan saat
menyetir.
2.
Pada saat melaju lurus kedepan , terasa suatu belokan dengan
sendirinya walaupun tanpa adanya perubahan kendali setir. Atau dengan kata lain
setir menarik ke salah satu arah ( kanan atau kiri )
3.
Terjadinya keausan yang tidak wajar pada keempat roda mobil ,
meliputi sisi, tapak dan bulu ban.
4.
Kondisi setir yang tidak nyaman bahkan lebih berat dari
biasanya atau saat pengendalian setir saat dibelokan tidak mau kembali berputar
pada posisi semula saat dilepaskan.
5.
Pada saat membelokkan mobil , terasa adaya goncangan padahal
kondisi jalan bagus
C.
MACAM-MACAM
SPOORING
1.Spooring
Manual/Konvensional
Ada dua metode yang bisa dipakai.
Pertama, dengan menggunakan meteran pengukur. Lantas yang kedua, dengan
menggunakan benang bangunan .
a.
PAKAI METERAN
Buat yang hobi ngoprek, cara ini
pasti menarik. Bukannya meragukan hasil pengukuran mesin yang sangat akurat.
Tetapi tetap berguna kala darurat. Atau juga kala setelan bengkel kurang afdol
dengan keinginan. Bisa saja, kondisi mobil kurang fit saat dilakukan wheel
alignment. Nah penyetelan manual seperti berikut bisa jadi alternatif. Kedua
cara ini lebih dominan pada penyetelan toe. Yaitu sudut roda terhadap garis
lurus dari depan. Seperti trik Hadhi, pria unik yang hobi utak-atik.
Pertama-tama cek kondisi kaki-kaki harus bagus termasuk tekanan angin ban harus
sama. Kemudian, carilah jalan rata dan lapang yang aman atau di dalam
garasi juga boleh. Jalankan mobil lurus sepanjang 3 meter, tarik rem tangan
(hand brake). Biar semua roda lurus.
Tarik
meteran, ukur jarak dari ujung ke ujung ban depan kiri dan kanan dari depan
moncong, dengan menempelkan meteran ke salah satu alur ban yang sama. Selanjutnya,
ukur ban depan pada bagian belakangnya, hitung berapa selisih hasil ukur tersebut
dalam skala centimeter.
Kalau selisihnya banyak, spooring
harus dikerjakan. Kendurkan mur tie rod dan setel tie rod dengan cara memutar
Tie rod disetel sampai ukuran ban depan sisi luar membentuk kuncup dengan batas
(limit) antara 1 s/d 5 milimeter maksimal, ukuran ini menjadikan ban aus secara
merata. Lalu, kencangkan lagi mur tie rod. Kuncup melebihi limit 5 mm
mengakibatkan ban depan botak sisi luar. Sebaliknya, jika ukuran ban depan sisi
luar membentuk kembang atau mengembang mengakibatkan ban botak sisi
dalamnya.
b.
PAKAI BENANG
Caranya sangat simpel pada
mobil yang tergolong masih standar dan tidak terhalangi dengan penutup pelek
yang menonjol keluar. Selain itu pelek yang digunakan tentunya tidak mempunyai
offset berbeda atau jarak sumbu yang relatif sama.
Peralatan disediakan cukup dengan
bantuan tali atau benang nylon yang tersedia di toko bangunan. Selain itu cari
dudukan tali berupa penyanggah, seperti jack stand. Oh, iya. Pastikan
penyetelan dilakukan pada tempat yang relatif rata pada semua roda.
Langkah pertama, bagi rata putaran
setir ke kiri dan ke kanan. Setelah setir diputar habis ke kanan, hitung
putaran ke kiri hingga setir habis diputar. Umumnya jarak putar setir berkisar
3,8 putaran. Setelah terhitung, barulah gerak dibagi dua. Yaitu menjadi 1,9
putaran dari posisi habis. Setelah putaran terbagi rata, tinggal atur
ketegangan benang saat dibentang melalui kedua tonggak dengan patokan kelurusan
pada bibir belakang ban belakang dan juga bibir depan roda depan Posisikan
jack stand sekitar 1 meter di depan roda depan dan di belakang roda
belakang
Biar tidak bingung, setelah benang
di bagian roda belakang menyentuh salah satu bibirnya tonggak jangan digeser
lagi . Setelah itu, atur kerapatan benang di roda depan sama dengan mengatur
tonggak belakang. Begitu juga dengan tonggak di sisi lawan.
Kendurkan mur penahan tie rod
sebelum as long tie rod diputar untuk penyetelan. Nah, sewaktu penyetelan as
long tie rod, pastikan juga kemudi tidak bergeser. Setelah benang dapat rata
sisi belakang dan depan roda bagian depan. Anda bisa lanjutkan pada sisi ban
lainnya. Setelah selesai kedua ban depan, perhatikan garis antara kedua sisi
ban. Semestinya tali lurus merapat pada kedua sisinya.
Berbeda dengan penyetelan roda
belakang yang sudah menggunakan sistem independen atau multi link. Penyetelan
ban bukan lagi pada baut as long tie rod. Baut dudukan salah satu arm akan
dikendurkan lalu diputar menyesuaikan setelan yang dikehendaki. Sebagai patokan,
juga sama dengan roda depan. Kedua bagian bibir ban akan menyentuh bentangan
tali saat memiliki sudut nol.
2. Spooring Bluetooth
Teknologi ini pada dasarnya sama
dengan sistem spooring yang lain, hanya saja teknologi ini lebih akurat dalam
mentransfer hasil data dari head ke cpu karena lebih akurat bila memakai
Bluetooth. Deskripsi alat:
Bluetooth Suara Navigasi Alignment Wheel (Dengan 3D Kartun Instruksi) .
Bluetooth Suara Navigasi Alignment Wheel (Dengan 3D Kartun Instruksi) .
3. Spooring 3 Dimensi
Spooring yang tidak akurat akan
mengakibatkan umur ban menjadi lebih pendek dan dapat membayakan keselamatan.
Dibandingkan dengan Mesin Spooring Konvensional Spooring dengan teknologi
Kamera 3D akan lebih akurat karena tidak dipengaruhi oleh faktor lain
spt: Kemiringan lift akan mempengaruhi hasil dari mesin konvensional,
sedangkan dengan Kamera 3D hal ini tidak akan mempengaruhi hasil spooring
Pemasangan Wheel Clamp (sensor) yang tidak tepat Kalibrasi mesin spooring
tidak tepat, karena selalu dikalibrasi secara otomatis setiap akan memulai
proses spooring. Faktor "Human Error " jauh lebih kecil. Karena
kelayakan melakukan spooring dilakukan oleh mesin yang mana pada mesin
konvensional biasanya diperiksa secara manual oleh mekanik dengan menggoyang-kan
roda2 untuk memeriksa kaki2.
Cara Kerja: Hal yang pertama
dilakukan adalah pemasangan wheel clamp pada semua ban. Usai memasang wheel
clamp, secara otomatis sinar infra merah mulai melakukan kalibrasi dan membaca
data yang terdapat pada ban bagian depan. Data yang terkumpul dari hasil
kalibrasi awal, akan dipantulkan melalui wheel clamp dan kemudian diteruskan
melalui gelombang infra merah. Nah data inilah yang kemudian akan digunakan
untuk menyetel camber, caster, dan toe pada mobil. Biasanya hal yang lebih
dulu dilakukan adalah toe in dan out. Fungsinya untuk lebih memudahkan mengatur
camber dan caster pada sistem kaki-kaki mobil tersebut. Jika pada saat
dilakukan toe in dan out, kondisi camber dan caster jadi normal, berarti tidak
perlu dilakukan penyetelan ulang. Sementara itu cara untuk menyeimbangkan
camber, caster dan toe, semuanya tetap dilakukan secara manual. Yaitu melakukan
penyetelan manual untuk menyelaraskan caster, camber dan toe ke posisi
zero. “Inti dari spooring dengan sistem 3D ini, adalah penggunaan sinar
infra merah sebagai kalibrator data pada mobil yang akan di spooring. Sementara
pengirim data dari mobil digunakan wheel clamp khusus agar bisa dibaca melalui
frekuensi infra merah pada ujung alat spooring itu.
4.Spooring
Robotik
Bicara wheel alignment atau spooring
ada banyak macamnya, dari yang manual dengan tali atau benang sampai yang
menggunakan teknologi bluetooth, infra red hingga 3D. Namun semuanya tetap
memerlukan banyak alat yang dipasang ke roda. Tapi kini ada satu alat spooring
yang tidak perlu memasang alat apapun ke roda dan menyentuh roda sama sekali,
namanya spooring robotik.
Alat Nussbaum WAB 02 CCT ini didatangkan langsung dari Jerman oleh salah satu bengkel spooring di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan. Memang bila dilihat secara kasat mata alat spooring yang konon baru ada satu di Indonesia ini akan sangat berbeda karena tidak akan melihat ada kabel atau alat apapun yang dipasangkan di roda. Hanya ada lift berwarna biru dan dua kotak di kanan dan kiri yang bergerak maju dan mundur ketika mobil sudah berada di atas lift. Kotak berwarna hitam ini adalah modul robotik yang membaca kondisi roda. Sedang lift berwarna biru merupakan lift electronik yang sudah tersinkronisasi dengan kotak hitam dan sistem di komputer tadi. Jadi antara lift dan modul robotik saling terkoneksi. “Saat mobil sudah dinaikan ke atas lift, operator tinggal mengopersikan sistem secara otomatis lewat komputer,” lanjutnya. Saat sistem sudah berjalan lift kiri dan kanan akan langsung menyamakan ketinggian. Lalu modul robotik akan bergerak menuju roda depan dan belakang untuk mengukur referensi roda, kontur roda, chamber dan toe. Uniknya untuk mengukur kompensasi roda, sang teknisi tidak perlu mendorong mobil tapi roda sudah otomatis bergerak sendiri karena plat di bagian bawah lift bisa bergerak maju mundur ini dilengkapi dengan teknologi Colour Coded Triangulation (CCT) untuk memutar roda.
Alat Nussbaum WAB 02 CCT ini didatangkan langsung dari Jerman oleh salah satu bengkel spooring di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan. Memang bila dilihat secara kasat mata alat spooring yang konon baru ada satu di Indonesia ini akan sangat berbeda karena tidak akan melihat ada kabel atau alat apapun yang dipasangkan di roda. Hanya ada lift berwarna biru dan dua kotak di kanan dan kiri yang bergerak maju dan mundur ketika mobil sudah berada di atas lift. Kotak berwarna hitam ini adalah modul robotik yang membaca kondisi roda. Sedang lift berwarna biru merupakan lift electronik yang sudah tersinkronisasi dengan kotak hitam dan sistem di komputer tadi. Jadi antara lift dan modul robotik saling terkoneksi. “Saat mobil sudah dinaikan ke atas lift, operator tinggal mengopersikan sistem secara otomatis lewat komputer,” lanjutnya. Saat sistem sudah berjalan lift kiri dan kanan akan langsung menyamakan ketinggian. Lalu modul robotik akan bergerak menuju roda depan dan belakang untuk mengukur referensi roda, kontur roda, chamber dan toe. Uniknya untuk mengukur kompensasi roda, sang teknisi tidak perlu mendorong mobil tapi roda sudah otomatis bergerak sendiri karena plat di bagian bawah lift bisa bergerak maju mundur ini dilengkapi dengan teknologi Colour Coded Triangulation (CCT) untuk memutar roda.
Spooring robotic menggunakan 2 buah
kotak hitam di bagian kanan dan kiri lift sebagai modul diagnosa yang
didalamnya terdapat sebuah kamera untuk merekam dan menampilkan gambar roda
dalam visual 3 dimensi (3D image) ke layar komputer pengontrol serta sebuah
proyektor yang memancarkan suatu rangkaian cahaya horizontal (colour coded
triangulation ) ke permukaan roda mobil untuk mengukur referensi roda, kontur
roda, chamber dan toe.
Secara garis besar, kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh spooring robotic ini adalah proses deteksi 4 kali lebih cepat dibanding teknologi spooring lainnya karena tidak ada lagi pemasangan alat lainnya yang biasa dijepitkan ke pelek mobil, alhasil kemulusan pelek pun lebih terjaga, terutama jika mobil menggunakan pelek eksotis yang berharga sangat mahal. Selain itu diagnosa kondisi roda pun lebih akurat, presisi karena pengukuran menggunakan kompensasi run out roda. Kelebihan lainnya dari spooring robotic ini adalah hanya memerlukan 5° perputaran kemudi untuk mengukur nilai caster dengan Microsweep.
Secara garis besar, kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh spooring robotic ini adalah proses deteksi 4 kali lebih cepat dibanding teknologi spooring lainnya karena tidak ada lagi pemasangan alat lainnya yang biasa dijepitkan ke pelek mobil, alhasil kemulusan pelek pun lebih terjaga, terutama jika mobil menggunakan pelek eksotis yang berharga sangat mahal. Selain itu diagnosa kondisi roda pun lebih akurat, presisi karena pengukuran menggunakan kompensasi run out roda. Kelebihan lainnya dari spooring robotic ini adalah hanya memerlukan 5° perputaran kemudi untuk mengukur nilai caster dengan Microsweep.
D.
PERIODE WAKTU
SPOORING
Spooring adalah meluruskan roda
antara bagian roda depan dengan roda belakang , kedudukan roda sesuai dengan
spesifikasi dari tipe mobil. Dengan kata lain, spooring adalah menyelaraskan
kedudukan tiap roda depan antara roda kiri dan roda kanan ( penyelarasan FWA ).
Saat tepat untuk melakukan spooring adalah :
a)
Ketika mobil dalam kecepatan tinggi dengan sendirinya
membelok
b)
Ketika setir dipegang lurus keepan namun mobil berbelok
perlahan atau setir harus sedikit belok ketika ingin berjalan lurus.
c)
Saat kecepatan diatas 120 km/jam setir terasa getar, bahkan
seperti akan lepas.
d)
Ketika mobil berbelok namun setir tidak mau lurus kembali
secara otomatis dan harus dibelokkan dengan cara manual
e)
Keadaan roda sudah miring baik roda depan maupun roda
belakang
E.
SISTEM
SPOORING
System
spooring mempunyai beberapa komponen yang saling berkaitan. Sebelum melakukan
langkah spooring , sebaiknya mengenali terlebih dahulu komponen-komponen system
spooring yang akan digunakan sebagai serangkaian system spooring. Berikut
adalah bagian dan kegunaan komponen dari system spooring.
a.
Head sensor
Sebagai sensor pendeteksi
kemiringan roda yang akan dideteksi oleh penangkap sensor yang nantinya akan
dibaca oleh computer terkait dengan kemiringan caster, chamber , maupun toe
kendaraan.
Gambar 10. Head Sensor
b.
Lift spooring
Lift spooring atau
bias disebut dengan tempat kedudukan mobil . lift ini dapat dinaikkan ataupun
diturunkan sesuai dengan keinginan operator. Lift spooring ini memudahkan
mekanik untuk mengatur caster, chamber maupun toe angle pada mobil.
Gambar 11. Tempat Spooring
c.
Turning table
Turning table berada pada bagian
depan lift spooring merupakan dudukan roda depan. Dudukan ini dapat digerakkan
dengan bebas, dimaksudkan untuk mempermudah gerakan belokan roda depan. Tapak
spooring juga terdapat pengancing untuk menjaga keduduka tapak spooring agar
tetap pada posisinya.
Gambar 12. Turning Table
d.
Computer control
Membaca sudut kemiringan caster ,
chamber, mapun toe angle yang diperoleh dari head sensor yang ditangkap oleh
sensor kemudian dibaca oleh computer. Didalam computer inilah tempat untuk menginput
data mobil yang akan dispooring. Proses penyetelan caster, chamber, maupun toe
angle ditentukan oleh data hasil pembacaan sensor pada layar monitor.
Gambar 13. Computer Control
e.
Printer
Untuk mencetak hasil
data kendaraan sebelum maupun sesudah di spooring. Setelah mengennali
masing-masing komponen dari system spooring tersebut .
Gambar 14. Printer
F.
PROSEDUR
SPOORING DI BENGKEL INDO PUTRA BAN
Prosedur
pelaksanaan spooring di bengkel Indo Putra Ban dijelaskan sebagai berikut ini :
a)
Melakukan langkah awal pemeiksaan seperti :
1.
Menyiapkan alat-alat spooring dan peralatan kerja (
kunci-kunci) di stall spooring.
2.
Memastikan alat spooring siap untuk digunakan
3.
Memastikan tempat untuk spooring siap untuk digunakan.
Gambar 15. Mesin Spooring John Bean
Gambar 16. Alat yang digunakan untuk
Spooring
b)
Melakukan pemeriksaan baik secara visual maupun dengan test
drive kendaraaan
Gambar 17. Pemeriksaan Mobil
c)
Memposisikan mobil lift spooring dengan kedua roda depan
berada tepat diatas tapak spooring agar roda depan dapat berbelok dengan mudah
saat penyetelan.
Gambar 18. Posisi mobil saat spooring
d)
Memastikan suspense mobil dalam keadaan stabil.
e)
Memasang hand rem supaya mobil tidak bergerak.
f)
Memasang clamping pada velg dan memastikan terpasang dengan
sempurna
g)
Memasang head sensor pada clamping dengan hati-hati
Gambar 19. Pemasangan Head Sensor
h)
Memasang break press pada pedal rem
i)
Mnghidupkan computer spooring lalu masuk ke menu spooring dan
mengikuti langkah selanjutnya
j)
Memasukkan data kendaraan yang akan dispooring pada computer,
data yang dimasukkan yaitu nama pemilik mobil , plat nomer, jenis mobil ,
teknisi , tanggal.
k)
Masuk ke menu table selection untuk memilih jenis mobil yang
akan dipsooring lalu klik tanda centang.
l)
Setelah dipilih jens mobil yang akan di spooring maka akan keluar data tentang sudut caster ,
chamber, dan toe angle untuk mobil yang akan dipsooring.
m)
Memilih tanda centang , kemudian akan
muncul tampilan wheel position ,
n)
Gerakan mobil mundur lalu maju sesuai dengan gambar pada
layar monitor
o)
Kunci kemudi dan system rem
p)
Menghidupkan mesin , mengecek sudut radius putar dan
memastikan sudut belok kiri dan kanan sama.
q)
Meluruskan kmudi rodanya , kemudian tahan dengan menggunakan
ppengunci steer. Lalu pada computer masuk ke menu front wheel setting.
r)
Menganalisa data front wheel alignment ( FWA) , kemudian
memeriksa kesalahannya dari caster, chamber, dan toe angle.
s)
Melakukan proses spooring sesuai dengan data standart front
wheel alignment (FWA) standart yang telah dicari sebelumnya.
t)
Toe angle diperbaiki dengan memperpanjang atau memperpendek
tie rod. Hal yang harus diperhatikan adlah bahwa perubahan harus tetap menjaga agar
panjang pergeseran tie rod kanan sama dengan tie rod kiri. Karena ada dua
posisi tie rod yakni didepan spindle dan dibelakang spindle , maka untuk
melakukan penyetelan toe angle berubah
jika chamber/caster distel . maka penyetelan toe angle dilakukan setelah
penyetelan chamber dan caster.
Gambar 20. Proses Spooring
u)
Chamber dan caster distel dengan beberapa cara tergantung
dari tipe suspensi dan dari tipe penyetelnya. Pada Honda freed penyetelan
chamber dan caster dilakukan secara bersama-sama , pada ujung dalam lower arm dilengkapi dengan baut
pengikat tipe eksentik cam. Bila baut diputar maka center lower arm akan
bergeser ke kiri atau kekanan yang menyebabkan lower balljoint center bergeser
karena lower arm didukung oleh strut bar. Tipe penyetelan secara bersama ini
dipakai pada tipe suspense strut bar. Tipe penyetelan secara bersama ini
dipakai pada tipe suspense strut maupun wishbone.
v)
Melakukan penyetelan sampai computer menunjukkan bahwa sudut
chamber, caster, dan toe telah memenuhi toleransi ( ditandai dengan berubahnya
warna pada layar sudut dari merah ke hijau)
w)
Melakukan pengukuran front wheel alignment (FWA) sekali lagi
untuk mengetahui hasil penyetelan
x)
Setelah semua penyetelan selesei dilaksanaka , langkah
selanjutnya adalah memastikan baut baut pengikat dikunci rapat kembali.
Kemudian melepas head sensor dari roda kendaraan
y)
Mencetak hasil penyetelan . memilih menu x untuk keluar dari
menu spooring
z)
Melakukan test drive bersama foreman untuk memastikan bahwa
kendaraan sudah tidak mengalami gangguan lagi seperti saat sebelum dilakukan
spooring , kemudian merapikan peralatan stelah proses spooring selesei
dilaksanakan.
G.
Tindakan preventif agar mobil Anda terhindah dari gejala limbung
Tindakan preventif agar mobil Anda terhindar dari gejala limbung yaitu sebagai berikut ini :
Tindakan preventif agar mobil Anda terhindar dari gejala limbung yaitu sebagai berikut ini :
§ Lakukan
spooring dan balancing secara berkala. Karena tiap produk mobil memiliki system
dan tehnologi yang berbeda-beda di bagian suspensinnya, maka disarankan untuk
mengikiti buku panduan yang tersedia.
§ Bila
ingin merotasi ban, Rotasi ban harus dilakukan secara benar dan teratur akan
memberikan keausan yang merata untuk semua ban di mobil Anda. Untuk mobil
penggerak empat roda, dianjurkan melakukan rotasi ban setiap 5,000 kilometer.
§ Pasanglah
roda dengan mengikuti petunjuk arah putar yang tertera pada kulit ban dan
berikan tekanan angin yang sesuai dengan buku petunjuk dari pabrik.
§ Sebelum
dimulai perbaikan spooring dan balancing lakukan pengecekan semua kondisi
ban dan pelek, pengecekan bagian suspensi, hubungan pada setiap sambungan
kaki-kaki, kondisi chasis serta bodi kendaraan.
§ Untuk
mendapatkan hasil spooring dan balancing yang maksimal, yakinkan bahwa bengkel
yang Anda kunjungi memeliki peralatan standard dan sesuai dengan karakter mobil
Anda.
§ Hindari
mengganti ban dengan mengunakan ban bekas, walaupun harganya murah resiko
tinggi terhadap keselamatan.
§ Apabila
mengalami ban bocor/pecah dijalan, gunakan ban serep yang punya ukuran yang
sama dengan ban aslinya. Kalau ban serep yang tersedia berbeda atau lebih
kecil, pergunakan ban serep ini hanya untuk keperluan darurat sampai ban
aslinya bisa diperbaiki.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Spooring merupakan pekerjaan
penyetelan front wheel alignment (penyetelan roda depan) yang meliputi:
chamber, caster, toe angle (toe-in/toe-out), dan turning radius. Fungsi
spooring sendiri adalah untuk menjaga stabilitas kendaraan meliputi: kemudi
yang ringan, menghasilkan gaya putar kembali setelah belok dan mencegah
kendaraan belok sendiri setelah dilepas.
System spooring terdapat beberapa komponen yaitu
seperti lift spooring , turning table , computer control dan printer . untuk
menghasilkan kenyaman pada saat berkendara kita perlu melakukan kegiatan
spooring dan balancing secara berkala agar diperoleh hasil yang memuaskan serta
terhindar dari hal-hal yang berbahaya yang tidak diinginkan.
mas bisa minta gambarnya nda buat langkah" spooring terimakasih
BalasHapusmas bisa minta gambarnya nda buat langkah" spooring terimakasih
BalasHapus