Jumat, 17 Juni 2011

makalah museum kereta yogyakarta


BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang Penulisan
Pada akhir Mei 2011 lalu, penulis mengikuti kegiatan study wisata yang diselenggarakan oleh sekolah penulis, yaitu SMA Negeri KEBAKKRAMAT. Kegiatan study wisata ini dilakukan dengan mengunjungi beberapa obyek wisata yang juga merupakan obyek pendidikan, dimana pengunjung yang datang ke obyek tersebut dapat terhibur serta sedikit banyaknya pasti mendapatkan pengetahuan baru walaupun hanya seputar obyek tersebut.
Salah satu tujuan study wisata sekolah penulis adalah berkunjung ke sebuah museum kereta yang berada di daerah yogyakarta yakni di sebelah barat daya Alun-alun Utara atau tepatnya di Jalan Rotowijayan. Museum ini secara administratif terletak di wilayah Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta, Provinsi D.I Yogyakarta.
Museum itu adalah Museum Kereta Keraton Yogyakarta. Kereta yang menjadi koleksi museum ini bukan ketera api ataupun uap, melainkan kereta kuda milik Keraton KasultananYogyakarta. Kereta-kereta tersebut dulunya merupakan kendaraan utama Kasultanan Yogyakarta yang digunakan baik untuk kepentingan Keraton maupun pribadi.
Keberadaan Museum Kereta sudah dirintis pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Kereta koleksi museum ini telah berusia puluhan bahkan ada mencapai lebih dari seratus tahun. Beberapa masih digunakan dalam upacara-upacara kebesaran keraton. Yang tidak pernah digunakan umumnya karena pertimbangan usia dan sejarah yang pernah dilalui kereta-kereta tua itu.
Penamaan masing-masing kereta kuda tersebut seiring dengan kepercayaan orang-orang Jawa akan adanya roh atau kekuatan pada tiap benda. Lebih dari itu, penamaan dilakukan karena kereta-kereta tersebut telah banyak berjasa dan telah dianggap sebagai pusaka keraton. Kereta-kereta milik keraton tersebut masing-masing diberi nama dan memiliki kegunaan khusus.
Museum Kereta terletak masih dalam lingkungan Keraton Yogyakarta bagian barat daya alun-alun utara, tepatnya di Jalan Rotowijayan. Museum milik keraton yang dibangun dengan arsitektur Jawa ini berada di atas tanah seluas 14.000 meter persegi. Saat ini, museum ini memiliki koleksi sebanyak 18 buah kereta kuda. Diantara koleksi tersebut, Kereta Nyai Jimat adalah yang paling dihormati.
Berdasarkan bentuknya, kereta-kereta milik keraton dibagi menjadi 3 jenis. Yang pertama adalah kereta atap terbuka dan beroda dua. Contoh dari kereta jenis ini adalah Kereta Kapolitin. Jenis kedua adalah kereta atap terbuka dan beroda empat, misalnya Kyai Jongwiyat dan semua kereta yang menggunakan nama Landower. Dan, jenis terakhir adalah kereta atap tertutup dan beroda empat, misalnya Nyai Jimat, Kyai Garudayaksa, dan Kyai Wimanaputra.
Bentuk kereta juga membedakan fungsi dan penggunanya. Kereta jenis pertama digunakan oleh Sultan untuk kendaraan rekreasi. Jenis kedua digunakan oleh beberapa kelompok terpandang seperti para pengawal sultan, rombongan penari keraton, dan para komandan prajurit keraton. Yang ketiga adalah kereta khusus Sultan dan keluarganya. Kyai Ratapralaya yang dibuat di kampung Rotowijayan adalah kereta jenazah khusus bagi Sultan yang sudah mangkat. Dalam sejarahnya, kereta ini baru digunakan dua kali.
Sebagai pusaka keraton, kereta-kereta tesebut juga mendapat penghormatan berupa acara Jamasan. Jamasan adalah kegiatan memandikan, memberi "makan" berupa sesaji, dan mendoakan doakan semua benda pusaka. Jamasan pusaka keraton selalu jatuh pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pertama tiap bulan Suro ( bulan pertama dalam kalender Jawa). Upacara jamasan pusaka Keraton Yogyakarta berlangsung di dua tempat yaitu di Gedong Pusaka dan di Museum Kereta Keraton Yogya.
Ketertarikan penulis dengan hasil kerja para peneliti itulah yang melatarbelakangi penulisan karya tulis ini. Atas dasar itulah penulis ingin mengungkap hal tersebut melalui karya tulis ini.
I. 2. Identifikasi Masalah
Di sekitar area Kraton Yogyakarta, terdapat satu museum khusus yang tidak dapat ditemui di tempat lain. Museum itu adalah Museum Kereta Kraton Yogyakarta yang menyimpan 18 kereta kuda. Keberadaan Museum Kereta sebenarnya sudah dirintis pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Kereta koleksi museum ini telah berusia puluhan bahkan ada mencapai lebih dari seratus tahun yang disimpan di Museum Kereta Kraton Yogyakarta yang terletak di Jalan Rotowijayan.
Beberapa masih digunakan dalam upacara-upacara kebesaran kraton. Ada yang tidak pernah digunakan umumnya karena pertimbangan usia dan sejarah yang pernah dilalui kereta-kereta tua itu.
Kereta-kereta milik Kraton Yogyakarta ini merupakan kereta yang bertipe Eropa. Dari 18 kereta Keraton Yogyakarta, 13 kereta diketahui nama asal pembuatnya sedang yang lainnya tidak diketahui nama asal pembuatnya. Di antara 13 kereta, 7 kereta berasal Belanda dan Jerman serta 6 kereta berasal dari Semarang dan Yogyakarta. Nama-nama tersebut tertera pada tutup as roda.
Sebagai pusaka keraton, kereta-kereta tesebut juga mendapat penghormatan berupa acara Jamasan. Jamasan adalah kegiatan memandikan, memberi "makan" berupa sesaji, dan mendoakan doakan semua benda pusaka. Jamasan pusaka keraton selalu jatuh pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pertama tiap bulan Suro atau bulan pertama dalam kalender Jawa. Upacara jamasan pusaka Kraton Yogyakarta berlangsung di dua tempat yaitu di Gedong Pusaka dan di Museum Kereta Kraton Yogya.

I. 3. Pembatasan Masalah
Mengunjungi museum Kereta Keraton Yogyakarta berarti menengok sejarah perjalanan Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Pada masa pengaruh Islam di Indonesia telah ada kereta-kereta yang dipesan dari luar negeri. Kereta-kereta yang dipesan ini terutama kereta-kereta kebesaran yang digunakan untuk acara-acara kenegaraan/kerajaan. Di Indonesia khususnya lagi di Jawa kereta-kereta yang berasal dari luar negeri dan juga buatan dalam negeri serta kemudian menjadi milik beberapa kerajaan seperti Kasultanan Cirebon, Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Paku Alaman semuanya terawat dengan cukup baik.
Beberapa kereta penting di Kasultanan Cirebon di antaranya adalah:
  1. Kereta Paksi Naga Liman
  2. Kereta Singo Barong
Kereta-kereta Keraton Yogyakarta berjumlah sebanyak 18 buah. Kereta-kereta tersebut sekarang tersimpan di Museum Kereta Keraton Yogyakarta di Jl. Rotowijayan. Kereta-kereta tersebut kemudian dianggap pusaka dan diberi nama seperti pusaka-pusaka kraton lainnya. Nama-nama kereta tersebut adalah Nyai Jimat, Kyai Garudayaksa, Kyai Jaladara, Kyai Ratapralaya, Kyai Jetayu, Kyai Wimanaputra, Kyai Jongwiyat, Kyai Harsunaba, Bedaya Permili, Kyai Manik Retno, Kyai Kuthakaharjo, Kyai Kapolitin, Kyai Kus Gading, Landower, Landower Surabaya, Landower Wisman, Kyai Puspoko Manik dan Kyai Mondrojuwolo

I. 4. Perumusan Masalah
  1. Bagaimana sejarah museum kereta yogyakarta?
  2. Apakah keutamaan museum kereta yogyakarta yang melebihi museum-museum lain?
  3. Apa sajakah koleksi-koleksi yang dimiliki oleh museum kereta yogyakarta?
  4. Bagaimana peran serta pemerintah dalam mengelola museum kereta yogyakarta?

I. 5. Manfaat Penulisan
I. 5. 1. Manfaat Bagi Penulis :
1.      Bangga menjadi warga Negara Indonesia
2.      Menambah wawasan dan pengetahuan sejarah mengenai museum kereta yogyakarta
3.      Mempelajari dan memahami cara penulisan karya tulis yang benar
I. 5. 2. Manfaat Bagi Peneliti/ Penulis Lain :
1.      Karya tulis ini dapat dijadikan bahan acuan/ referensi pada penelitian/ penulisan selanjutnya
2.      Menjadikan karya tulis ini sebagai isi tinjauan pustaka dari karya tulis peneliti/ penulis lain
3.      Sebagai contoh karya tulis yang benar
I. 5. 3. Manfaat Bagi Pembaca :
1.      Bagai mengunjungi museum kereta yogyakarta secara nyata padahal hanya membaca sebuah karya tulis.
2.      Menambah ilmu pengetahuan pembaca mengenai sejarah museum kereta yogyakarta di Indonesia.
3.      Menjadikan museum kereta yogyakarta menjadi salah satu target wisata bersama keluarga.
















BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
II. 1. Tujuan Penelitian
  1. Untuk melengkapi sebagian syarat menempuh Ujian Kenaikan Kelas Tahun 2011 SMA KEBAKKRAMAT
  2. Untuk melengkapi tugas penulis pada pelajaran Bahasa Indonesia
  3. Untuk mengetahui sejarah museum kereta yogyakarta hingga dapat terkenal dikalangan museum-museum lain.
  4. Untuk mengetahui koleksi-koleksi yang ada di museum kereta yogyakarta.
II. 2. Tempat Penelitian
            Museum Kereta terletak dalam lingkungan Keraton Yogyakarta, yakni di sebelah barat daya Alun-alunUtara atau tepatnya di Jalan Rotowijayan. Museum ini secara administratif terletak di wilayah Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta, Provinsi D.I Yogyakarta
II. 3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada hari minggu, 29 Mei 2011.
II. 4. Metode Penelitian
Dalam rangka pengumpulan data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa metode penelitian, yaitu sebagai berikut :
  1. Metode Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian
  2. Metode Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara langsung dari narasumber yang bersangkutan
  3. Study literature : Melalui media cetak dan media elektronik
BAB III
PRMBAHASAN UMUM
III. 1.1             Kraton Jogja
 Kraton ( istana )Kasultanan Yogyakarta terletak dipusat kota Yogyakarta. Lebih dari 200 tahun yang lalu, tempat ini ini merupakan sebuah rawa dengan nama Umbul Pacetokan, yang kemudian dibangun oleh Pangeran Mangkubumi menjadi sebuah pesanggrahan dengan nama Ayodya.Pada tahun 1955 terjadilah perjanjian Giyanti yang isinya membagi dua kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dibawah pemerintah Sunan Pakubuwono III dan Kasultanan Ngayogyakarta dibawah pemerintah Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwono I.
Pesanggrahan Ayodya selanjutnya dibangun menjadi Kraton Kasultanan Yogyakarta . Kraton Yogyakarta berdiri megah menghadap ke arah utara dengan halaman depan berupa alun- alun ( lapangan ) yang dimasa lalu dipergunakan sbg tempat mengumpulkan rakyat, latihan perang bagi para prajurit, dan tempat penyelenggaraan upacara adat. Pada tepi sebelah selatan Alun- alun Utara , terdapat serambi depan istana yang lazim disebut Pagelaran. Ditempat ini Sri Sultan, kerabat istana dan para pejabat pemerintah Kraton menyaksikan latihan para prajurit atau beberapa upacara adat yang diselenggarakan di alun - alun utara.
Dihalaman lebih dalam yang tanahnya sengaja dibuat tinggi ( sehingga disebut Siti Hinggil ), terdapat balairung istana yang disebut bangsal Manguntur Tangkil. Ditempat ini para wisatawan dapat menyaksikan situasi persidangan pemerintahan Kraton jaman dulu, yang diperagakan oleh boneka - boneka lengkap dengan pakaian kebesaran. Kraton sebagai pusat pemerintahan dan Kraton sbg tempat tinggal Sri Sultan Hamengku buwono beserta kerabat istana, dipisahkan oleh halaman dalam depan yang disebut Kemandungan utara atau halaman Keben, karena disini tumbuh pohon yang dalam tahun 1986 dinyatakan Pemerintah Indonesia sbg lambing perdamaian , dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Internasional.
Didalam lingkungan Kraton sebelah dalam terdapat halaman Sri Manganti dengan regol ( gapuro ) Danapratopo yang dijaga sepasang Dwarapala : Cingkarabala dan Bala Upata, Bangsal Traju Mas, Bangsal Sri Manganti yang kini dipergunakan untuk menyimpan beberapa perangkat gamelan antik dan dari masa silam, yang memiliki laras merdu sewaktu diperdengarkan suaranya. Didalam halam Inti yang terletak lebih kedalam,para wisatawan dapat menyaksikan gedung Kuning yang merupakan gedung tempat Sri Sultan beradu, bangsal Prabayekso. Bangsal manis, tempat Sri Sultan menjamu tamu - tamunya, lingkungan Kasatriyan sbg tempat tinggal putera ; putera Sri Sultan yang belum menikah. Tempat terakhir ini terlarang bagi kunjungan wisatawan.
Kraton merupakan sumber pancaran seni budaya jawa yang dapat disaksikan melalui keindahan arsitektur dengan ornamen- ornamennya yang mempesonakan. Setiap hari Karaton terbuka untuk kunjungan wisatawan mulai pukul 08.30 hingga pukul 13.00, kecuali hari Jum;at Kraton hanya buka sampai dengan pukul; 11.00.
III. 1.2             Puro Pakualaman
Selain Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, di Yogyakarta terdapat sebuah istana lain yang terletak di jalan Sultan Agung, istana Puro Pakualaman, tempat tinggal Sri Pakualam IX, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Istana ini sering dipergunakan untuk menerima tamu-tamu Negara yang berkunjung ke daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Di sayap Timur bagian depan dari istana nini dipergunakan sebagai museum Puro Pakualaman dengan mempergunakan 4 buah ruangan, yang dapat dikunjungi masyarakat setiap hari Senin dan Kamis, antara pukul 11.00 hingga 13.00. dalam museum ini tersimpan benda-benda bersejarah yang memiliki nilai budaya tinggi, dan merupakan peninggalan masa sliam dari keluarga Paku Alam.
III. 1.3             Istana Air Tamansari
Terletak lebih kurang 400 meter dari komplek Kraton Yogyakarta atau sekitar 10 menit jalan kaki ke pasar burubg dari halaman Mangangan.
Tamansari berarti Taman yang indah, dimana zaman dahulu merupakan tempat rekreasi bagi Sultan Yogyakarta beserta kerabat istana. Kini, Tamansari dapat dikunjungi oleh masyarakat umum. Mulai dari pukul 08.00 hingga hingga 16.00.
Di kompleks ini terdapt tempat yang masih dianggap sacral di lingkungan Tamansari, yakni Taman Ledoksari dimana tempat in merupakan tempat peraduan dan tempat pribadi Sultan.
Diantara bangunan yang menarik adalah Sumur Gemuling yang berupa bangunan bertingkat 2 dengan lantai bagian bawahnya terletak di bawah tanah. Di masa lalu, bangunan ini merupakan semacam surau tempat Sultan melakukan ibadah sholat. Bagian ini dapat dicapai melalui lorong bawah tanah. Di bagian lain masih banyak lorong bawah tanah yang lain, yang merupakan jalan rahasia, dan dipersiapkan sebagai jalan penyelamat bilamana sewaktu-waktu kompleks ini mendapat serangan musuh.
Di sebelah Utara kompleks Tamansari terletak pasar Ngasem (sering disebut Pasar Burung) tempat jual-beli binatang unggas (burung indah, burung penyanyi, merpati, bekisar dan lain-lain).
Kompleks Tamansari juga merupakan pemukiman para seniman muda, khususnya yag bergerak dalam seni lukis batik. Karya-karyanya cukup bermutu sedang harganya terjangkau kantong wisatawan.

III. 1.4             Makam Kota Gede
Kunjungan ke Makam Kotagede merupakan perjalanan wisata ziarah yang masih berkaitan dengan kunjungan ke obyek-obyek wisata di lingkungan Kraton Yogyakarta. Sebenarnya makam ini bernama Makam Sapto Renggo, namun umumnya masyarakat Yogyakarta menyebut sebagai makam Kotagede, sesuai dengan nama daerah ini yang terletak di sudut Tenggara Kota Yogyakarta, lebih kurang 5 kilometer dari pusat Kota.
Di dalam gedung makam utama, dimakamkan Ngabehi Loring Pasar Sutawijaya, pendiri kerajaan Mataram yang bergelar Panembahan Senopati, yang juga merupakan leluhur atau nenek moyang dari Sultan-sultan yang memerintah Kasultanan Yogyakarta.
Dalam gedung pemakaman yang sama, dimakamkan pula ayah bunda beliau Ki/Nyi Ageng Pemanahan, Sultan Hadiwijaya dari kerajaan Pajang yang merupakan ayah angkat beliau dan kerabat istana yang lain.
Selain itu terdapat pula makam Ki Ageng Mangir, menantu Panembahan Senopati yang juga merupakan musuh beliau, sehingga setengah dari makamnya terletak diluar.
Kurang lebih 100 meter di sebelah Selatan dari kompleks makam ini, masih dapat disaksikan “Watu Gilang” yang konon adalah lantai singgasana Panembahan Senopati yang digunakan untuk mengakhiri hidup Ki Ageng Mangir Wanabaya.
Memasuki kompleks utama, para peziarah diharuskan mengenakan pakaian tradisional, yang dapat disewa dari para petugas makam atau bisa membawa sendiri. Untuk masuk ke gedung pemakaman tidak dipungut biaya, kecuali sekedar biaya sukarela yang dimasukkan kedalam kotak dana.
Waktu untuk mengunjungi makam yaitu pada tiap hari Jumat mulai pukul 13.00 hingga 17.00. sedang untuk mengunjungi dan melihat kompleks makam yang lain, dan menyaksikan bangunan-bangunan tradisional peninggalan Kraton Mataram (dalam periode Kerajaan Mataram Islam bisa dilaksanakan setiap hari).
III. 1.5             Makam Imogiri
Makam Imogiri sebenarnya Makam Hastarengga, dan merupakan makam yang lebih muda usianya dibandingkan dengan makam Kotagede. Di makam Imogiri ini, dimakamkan Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram sepeninggal Panembahan Senopati, terutama putra Sultan Agung Hanyokro Kusumo. Makam ini dibangun di atas bukit, dan untuk mencapainya kita harus mendaki tangga dari batu berundak sebanyak 345 buah hingga tiba di suatu persimpangan jalan.
Ziarah ke Makam Imogiri dapat dilakukan setiap hari Senin antara pukul 10.00 hingga 13.00 atau Jumat antara pukul 13.00 hingga 16.00
Para peziarah diharuskan mengenakan pakaian khusus seperti yang dikenakan di Makam Kotagede. Kendaraan yang menuju ke daerah ini adalah micro-bus dari Brontokusuman, sampai di Terminal Imogiri. Jarak dari Teminal ke makam hanya 100 meter, dapat dicapai dengan berjalan kaki.
III. 1.6             Candi Borobudur
Borobudur merupakan candi terbesar di dunia, yang merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia. Terletak di sebelah barat laut kota Yogyakarta, sejauh kurang lebih 42 kilometer. Dibangun pada abad VIII, merupakan hasil kerja keras dan di tunjang ketekunan para pekerja dan dedikasi yang tinggi dari kerbat dan rakyat Wangsa Cailendra yang berkuasa pada masa itu. Candi itu benar-benar menampilkan kebesaran kerajaan Cailendra, yang berusaha menggambarkan riwayat hidup Sidharta Gautama dan menjelaskan ajaran-ajaran melaui relief-relief yang terukir indah pada dinding candi.
Dari puncak candi dapat dilihat alam sekeliling yang indah, Gunung Sumbing sebagai salah satu tipe gunung berapi yang ada di daerah Jawa Tengah yang mengepulkan asap tampak disebelah barat antara awan yang bergerak. Bangunan ini merupakan peninggalan nenek moyang kita yang sangat berharga bukan hanya bangsa Indonesia tetapi juga bangsa-bangsa di dunia pun ikut memilikinya.
III. 1.7             Candi Sambisari
Candi Sambisari terletak di desa Sambisari Kelurahan Purwomartani, lebih kurang 12 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Tempat ini dapat dicapai dengan kendaraan umum bus atau microbus jurusan Yogya-Solo, sampai di sekitar kilometer 10 dimana terdapta persimpangan kea rah kiri (arah Utara) yang diberi papan penunjuk ke arah lokasi candi Sambisari (lebih kurang 2 kilometer).
Candi ini baru saja diketemukan, yakni di sekitar tahun 1966, ketika seorang petani dengan tidak sengaja membenturkan cangkulnya pada puncak candi yang di tanah peladangnya.
Berdasarkan penelitian geologis terhadap batuan candi dan tanah yang telah menimbunnya selama ini, candi setinggi 6 meter ini telah terbenam oleh material gunung Merapi dalam letusannya yang hebat pada tahun 1906.
Candi Sambisari merupakan candi Hindu dari abad ke 10 dan diperkirakan diabngun oleh seorang raja dari wamca Sanjaya, dengan patung Shiwa sebagai Mahaguru menempati bilik utamanya.
III. 1.8             Candi Prambanan.
CANDI PRAMBANAN merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia, berketinggian 47 meter, dibangun pada abad 9. Letaknya berada 17 km arah timur Yogyakarta di tepi jalan raya menuju Solo. Candi yang utama yaitu Candi Siwa (tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara). Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).
III. 1.9             Museum Sri Sultan HB IX
Museum ini berada di dalam kompleks Kraton Yogyakarta yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X tanggal 18 November 1990. Benda-benda /peralatan, foto-foto dan tanda jasa serta barang yang ditampilkan dalam museum ini khusus miik maupun yang diterima almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Jam buka bersamaan dengan Kraton Yogyakarta.
III. 1.10         Museum Kereta & Kraton
Keberadaan Museum Kraton sudah dirintis pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.
Kraton memiliki beberapa museum yang dikenal dengan Museum Kraton Yogyakarta. Museum-museum yang dimaksudkan tersebut adalah Museum Lukisan, Museum Kraton, Museum Hamengku Buwono IX, dan Museum Kereta. Museum Hamengku Buwono IX terletak di dalam kompleks Kraton, menyimpan beberapa benda yang pernah dipergunakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX termasuk berbagain perlengkapan fotografi. Museum Kerata terletak di sisi barat Kraton, tepatnya di jalan Rotowijayan.
Museum ini menyimpan berbagai koleksi kereta milik Kraton, beberapa diantaranya adalah Kyai Garuda Yeksa, kereta yang dipergunakan untuk acara kirab dalam rangkaian penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono VI sampai X; Kyai Jaladara –digunakan Sultan untuk tugas keliling desa; dan Kyai Kanjeng Jimat –digunakan Sri Sultan Hamengku Buwono I sampai III untuk acara Garebeg atau menjemput tamu-tamu khusus.
Museum Kraton terletak di atas tanah seluas 14.000 meter persegi dengan bangunan berciri artiektur Jawa.
III. 1.11         Museum Batik Ullen Sentalu
Museum ini di desain dengan menggunakan konsep tradisional dan dibangun dari bahan-bahan batu-batu setempat, dan berlokasi di Kaliurang, di lereng Gunung Merapi.
Disini, semangat Ullen Sentalu ditemukan di Dalem Kaswargan. Museum yang didesain dengan sangat indah ini didedikasikan untuk menghargai apresiasi masyarakat pada benda-benda sejarah dan seni Jawa serta kecantikan alam yang dijumpai di ketinggian Kaliurang.
Buka: Selasa – Minggu (09.00 pagi sampai 04.00 sore).
III. 1.12         Museum Seni Lukis Kontenporer I Nyoman Gunarsa
Bangunan museum ini menempati tanah seluas 1.000 meter atas bangunan yang bercorak tradisional dan modern. Museum ini mempunyai tiga ruang pameran, yaitu ruang pertemuan / pendapa, ruang pamer tetap, dan ruang kantor.
Museum SLKI Nyoman Gunarso khusus mendokumentasikan karya pelukis-pelukis Indonesia yang berprestasi dan professional dalam seni lukis, khususnya seni kulis kontemporer Indonesia. Koleksi museum itu berjumlah ± 500 lukisan. Beberapa lukisan unggulannya antara lain lukisan dengan judul “Subali Sugriwa” dan “Spirit Hamengku Buwono IX
III. 1.13         Museum Sasana Wiratama Diponegoro
Museum ini menempati areal tanah seluas 2 hektar, terletak di kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Bangunan inti monument berarstiektur tradisional Jawa dengan bentuk joglo yang terdiri dari bangunan pendapa dan pringgitan. Bangunan tersebut terakhir dipugar pada tahun 1987.
Museum Monumen Pangeran Diponegoro memiliki 100 buah koleksi yang terdiri dari berbagai jenis senjata tradisional seperti keris, tombak, pedang, panah, dan bedil. Sedang koleksi unggulannya berupa bangunan tembok berlubang (jebol) yang menurut sejarah merupakan bangunan yang dijebol oleh Pangeran Diponegoro guna meloloskan diri dari kepungan kompeni. Di samping itu ada beberapa koleksi yang diperlakukan khusus, yaitu koleksi yang merupakan peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono II yang berasal dari tahun 1752. Koleksi tersebut berujud ketipung (kendang kecil) dan wilahan binang penempung yang terbuat dari kayu dan perunggu berwarna merah dan kuning.
Museum Monumental Pangeran Diponegoro dibuka setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08.0-13.00 WIB.
III. 1.14         Museum Affandi
Museum ini terletak di sisi sebelah Utara dari jalan Solo nomor 167, tepatnya di lereng sebelah Barat jembatan sungai Gajah Wong. Gaya lukisannya termasuk dalam aliran eksperesionisme.
Almarhum Affandi telah menerima banyak penghargaan dari Negara-negara di Asia dan Eropa, disamping gelar Doctor Honoris Causa yang diterimanya dari Universitas Singapore.
Museum ini terbuka untuk kunjungan umum. Minggu s/d Sabtu 09.00-13.00 WIB.
III. 1.15         Museum Benteng Vredeburg
Di masa penjajahan Belanda, benteng ini merupakan tangsi militer bala tentara pemerintahan Belanda, yang dibangun pada tahun 1765. benteng ini terletak tepat di depan bangunan Gedung Agung, dengan maksud untuk melindungi Residen Belanda yang bertempat tinggal di dalam gedung itu. Menilik lokasi berdirinya, benteng ini nampaknya juga sengaja dibangun untuk menghadapi gerakan militer yang mungkin timbul dari Kraton Yogyakarta, yang letaknya hanya 1 jarak tembakan meriam (meriam kuno) dari benteng ini. Ini terlihat dari letak altar meriam yang terletak disebelah Selatan (menghadap ke Kraton).
Dari atas altar kanon (meriam), kita dapat menyaksikan kesibukan lalu lintas di sekitar gedung-gedung kuno dari pertengahan abad ke 19, yang hingga kini masih terawat baik dan tetap dipertahankan keantikannya. Museum ini di buka pada hari:
Selasa s/d Minggu: Pukul 08.30-14.00 WIB
Jumat : Pukul 08.00-11.00 WIB
Sabtu-Minggu : Pukul 08.30-12.00 WIB
III. 1.16         Museum Sasmita Loka Jenderal Soedirman
Museum in terletak di jalan Bintaran Yogyakarta dan merupakan bekas rumah kediaman Panglima Besar Jendral Sudirman, jendral pertama dalam angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Dalam museum ini, para pengunjung dapat menyaksikan berbagai senjata api (diantaranya merupakan senjata api buatan sendiri) dan berbagai peralatan perang lain yang dipergunakan dalam revolusi phisik menghadapi musuh-musuh Negara.
Diantaranya benda-benda peninggalan Panglima Besar Sudirman, terdapat tandu (kursi yang dilengkapi dengan tangkai pemikul) yang setia membawa beliau selama bergerilya, dibuka tiap hari jam 08.00-14.00 WIB


III. 1.17         Museum Wayang "Kekayon"
Museum ini diresmikan oleh Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Paduka Paku Alam VIII tanggal 5 Januari 1991. menempati 9 unit bangunan dengan luas tanah lebih 1,1 hektar. Terletak pada km 7 dengan nomor telepon 513218.
Dalam Museum ini dapat disaksikan beberapa jenis waayang antara lain: Wayang Purwo, Wayang Madyo, Wayang Thengul, Wayang Klithik, Waayang Beber dan lain sebagainya. Wayang tersebut terbuat dari : kulit, kayu, kain, dan kertas. Selain koleksi wayang, juga terdapat jenis topeng.
Bangunan yang disebut Sasono Pratelo merupakan tempat pelayanan informasi tentang Wayang dan Topeng. Museum ini dapat dikunjungi untuk umum dibuka setiap hari pukul 08.00-15.00 WIB dengan menghubungi pengurusnya terlebih dahulu.
III. 1.18         Agung
Hampir di ujung Selatan jalan Malioboro, berdiri bangunan megah Gedung Agung, yang diantara tahun 1946 hingga 1949, tatkala Yogyakarta menjadi Ibu Kota Republik Indonesia, merupakan tempat Presiden RI yang pertama Ir. Soekarno. Pada jaman penjajahan Belanda, gedung ini merupakan kediaman Residen Belanda.
Saat ini Gedung Agung yang nampak anggun ini dipergunakan sebagai Wisma Negara dan tempat menerima tamu-tamu Agung yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Didalamnya terdapat diorama yang menggambarkan perjuangan Bangsa Indonesia melawan Tentara Belanda.
Pada setiap tanggal 17 dilaksanakan upacara Parade Senja yang dimulai pukul 15.00 WIb. Disamping itu Museum ini dibuka setiap hari pukul 08.00-15.00 WIB.

III. 1.19         Monumen Pergerakan Wanita Mandala Bhakti Wanitatama
Gedung Wanita didirikan pada tanggal 22 Desember 1955 sebagi pernyataan kebulatan tekad wanita Indonesia dalam usaha memajukan kaumnya. Pembangunan gedung ini diperoleh dari hasil seluruh lapisan masyarakat wanita Indonesia.
Pada tahun 1983 Gedung Wanita mengalami rehabilitasi dan pembangunan baru, yang untuk selanjutnya gedung ini bernama Mandala Bhakti Wanita Tama, yang berarti tempat berbakti dari para wanita utama. Bentuk bangunan induk dari gedung baru ini memiliki gaya bangunan (arstiektur) Jawa, yang sangat menarik, dilengkapi dengan ukir-ukiran yang artistik.
Gedung Mandala Bhakti Wanita Tama berlokasi di jalan Solo, sekitar 5 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Gedung tersebut merupakan Monumen Pergerakan Wanita sekaligus sejarah perjuangan wanita Indonesia.
III. 1.20         Masjid Agung
Terletak di sebelah Barat Alun-alun Utara Yogyakarta yang hingga kini masih dipergunakan untuk tempat beribadah sehari-hari bagi umat Islam. Dihari-hari besar agama Islam, masjid ini dipergunakan sebagai tempat penyelenggaraan upacara-upacara resmi keagamaan Islam dari Kraton Yogyakarta.
Masjid Agung Yogyakarta memiliki gaya bangunan Jawa yang spesifik, utamanya dalam bentuk atapnya yang disamping unik juga indah menyerupai Masjid Agung Kadilangu yang dibangun oleh Sunan Kalojogo (salah seorang dari Waki Songo di kota antik Demak).


III. 1.21         Masjid Soko Tunggal
Terletak di sebelah kiri (sisi Selatan) dari plaza (jalan masuk) yang menuju ke gapura depan Tamansari dan hingga kin masih dipergunakan untuk tempat beribadah umat Islam.
Keistimewaan dari masjid ini terletak pada soko guru (tiang penyangga utama) nya yang hanya berjumlah satu buah dan ditopang oleh batu penyangga lazimnya disebut Umpak, yang berasal dari zaman pemerintahan Sultan Agung Hanyokro Kusuno dari Kerajaan Mataram Islam.
III. 1.22         Masjid Patok Nagara
Kasultanan Yogyakarta yang merupakan periode akhir di Jawa selain mempunyai masjid Agung juga mempunyai masjid yang berstatus Kagungan Ndalem. Masjid-masjid tersebut terbagi dalam tiga tingkatan yang didasarkan atas ciri-ciri dan fungsi serta kedudukan dan kepentingannya bagi Kraton.
Tingkatan masjid-masjid yang diurusi oleh Kraton Yogyakarta adalah sebagai berikut:
-Masjid Agung Yogyakarta
-Masjid Patok Negara
-Masjid Kagungan Ndalem biasa (sepuluh masjid)
Masjid Patok Negoro adalah sebutan bagi lima buah masjid Kraton Yogyakarta (Masjid Ploso Kuning, Masjid Mlangi, Masjid Babatan, Masjid Wonokromo dan Masjid Dongkelan).
Keberadaan kelima masjid ini merupakan satu hal yang khas karena tidak dijumpai di kasunanan / Kraton yang ada di Jawa. Istilah patok negoro berasal dari dua kata yaitu Pathok (patok) dan Negara (nagoro).
Didalam istilah bahsa Jawa patok adalah kayu atau bambu yang ditancapkan sebagi tetenger /tanda yang tetap, sedang nagoro adalah kota tempat tinggal raja, jadi patok negoro adalah sebuah tanda kekuasaan raja dan tanda tersebut tidak dapat dirubah.
III. 1.23         Sendang Sono
Merupakan tempat ziarah bagi pemeluk agama Katholik. Tempat ini dibangun menyerupai Lourdes di Perancis, dimana pada masa yang silam, Bunda Maria, ibunda Nabi Isa Al Masih telah menampakkan diri di hadapan seorang gadis Santa Bernadetta, dan melakukan berbagai mukjizat kepada masyarakat setempat.
Nama Sendangsono diambil dari istilah “sendang” yang berarti mata air dan “sono”, merupakan nama suatu jenis pohon. Sendangsono berarti mata air di bawah pohon Sono. Pada bulan Mei dan bulan Oktober, tempat ini ramai sekali dipenuhi oleh peziarah dari seluruh Indonesia.
Transportasi umum yang menuju ke daerah ini adalah micro-bus yang melayani jurusan Yogya-Kalibawang, dan berhaenti di mulut jalan di mana kantor Kalurahan Banjaroya. Setiba di Gereja Promasan, perjalanan diteruskan melintasi jalan setapak yang disebut “jalan salib” sepanjang kurang lebih 2 kilometer hingga tiba di kompleks Sendangsono.


III. 1.24         Gumuk Pasir
Gumuk pasir Parangtritis merupakan sebuah warisan dunia (world heritage), sebagai bentukan endapan pantai yang mencapai ketinggian 20 mpl.
Di dunia hanya ada di 4 negara, salah satunya di Indonesia yaitu di Parangtritis. Selain sebagai laboratorium alam berbagai cabang ilmu kebumian fenomena alam gumuk pasir membentuk ekosistem yang khas.

III. 1.25         Pantai Samas
Pantai Samas ini dikenal memiliki ombak yang besar dan terdapat delta-delta sungai dan danau air tawar yang membentuk telaga. Telaga-telaga tersebut digunakan untuk pengembangan perikanan, penyu, dan udang galah serta berbagai lokasi pemancingan.
Disebelah Barat terdapat Pantai Patehan dengan panorama yang indah Lokasi : di Desa Srigading, Kec. Sanden kurang lebih 24 Km dari yogyakarta ke arah Selatan. Atraksi/Event Wisata : Upacara Kirab Tumuruning Maheso Suro, Labuhan Sedekah Laut, Pentas Seni Budaya ( liburan dan lebaran ).
Fasilitas Terminal. Tempat Parkir, MCK, Penginapan, Rumah Makan, SAR, Jaringan Listrik, Mushola dan Sarana Transportasi. dengan Tiket masuk :Rp. 1.100,- / pengunjung ( termasuk Asuransi Rp. 100,- Angkutan Umum : Rute jalur Bis ; : Yogyakarta ( Terminal Bis Umbulharjo ) - Pantai Samas Rp. 2.000,0/orang.
III. 1.26         Pantai Siung
Pantai ini terletak di desa Purwodadi Kecamatan Tepus, berjarak + 35 Km dari Wonosari dengan prasarana jalan aspal sampai di tepi pantai. Pantai Siung merupakan cekungan laut yang diapit 2 bukit dengan tebing terjal yang dihiasi relief perbukitan Kars dan memungkinkan sebagai lokasi olahraga panjat tebing.
Kerindangan daerah sekitarnya merupakan tempat habitat kera ekor panjang. Dengan hamparan pasir putih serta ombak yang tidak begitu besar, merupakan tempat yang nyaman bagi nelayan untuk mencari ikan laut yang beraneka ragam jenisnya. Pada saat-saat tertentu, para wisatawan juga bisa menikmati sajian kesenian khas daerah yaitu atraksi seni Doger.

III. 1.27         Pantai Ngandong
Merupakan pantai landai yang berpasir putih, sangat nyaman untuk bersantai dan berjalan menyusuri pantai.
III. 1.28         Pantai Sundak
Pantai ini terkenal dengan panorama alam hijau yang menyatu dengan suasana pantai yang menyegarkan, biasa digunakan sebagai ajang lokasi perkemahan bagi wisata remaja.
III. 1.29         Pantai Krakal
Pantai Krakal dapat dicapai melalui jalan sepanjang 6 kilometer dari kawasan pantai Kukup, sehingga pantai Krakal merupakan mata rantai perjalanan setelah mengunjungi pantai Baron dan pantai Kukup. Jarak pantai Krakal dari Yogyakarta lebih kurang 65 kilometer dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam.
Perjalanan menuju pantai Krakal ini juga melintasi bukit - bukit kapur, diselingi dengan teras - teras batu karang. Hal ini merupakan ciri dari daerah karst yang dikelola penduduk. Berdasarkan penelitian geologis, pada zaman yang silam, daerah ini merupakan dasar dari lautan yang oleh proses pengangkatan yang terjadi pada kerak bumi, dasar laut ini semakin lama semakin meninggi dan akhirnya muncul sebagai dataran tinggi. Batu - batuan karang yang nampak pada waktu itu merupakan bekas rumah binatang karang yanghidup di air laut saat itu.
Pantai Krakal merupakan pantai yang paling indah, di antara seluruh hamparan pantai di sepanjang pulau Jawa. Pantai ini akan dibangun menjadi kawasan pantai dan perkampungan wisatawan, khususnya wisatawan asing, semacam tourist resort Nusa Dua di pulau Bali. Pantai Krakal, bentuk pantainya landai, berpasir putih, terhampar sepanjang lebih dari 5 kilometer. Pantai ini menerima panas matahari dari pagi hingga petang hari sepanjang tahun. Angin laut yang terhembus sangat sejuk, ombaknya cukup besar.
III. 1.30         Kawasan Wisata Pantai Parangtritis
Sejak zaman dahulu, komplek pantai Parangtritis telah terkenal, tidak saja sebagai kawasan rekreasi pantai, tetapi juga terkenal sebagai tempat yang memiliki banyak peninggalan sejarah, khususnya yang berkaitan dengan legenda Kanjeng Ratu Kidul atau Ratu Penguasa Laut Selatan.
Kompleks Parangtritis terletak 27 kilometer dari Yogyakarta lewat Kretek. Untuk mencapai kawasan ini, para pengunjung dapat menempuh salah satu dari dua jalur jalan:
Jalur jalan pertama :
Dari terminal Umbulharjo melalui Pojok Beteng wetan (tenggara) Kraton Yogyakarta lurus ke selatan sampai ke Obyek Wisata Kompleks Pantai Parangtritis.
Jalur jalan kedua :
Dari terminal Umbulharjo melalui daerah Imogiri (makam Raja - Raja Mataram) dan desa Siluk dengan jalan naik turun sambil menikmati pemandangan yang indah, hingga sampai ke Kompleks Obyek Wisata Pantai Parangtritis.
Jalur kedua ini berjarak ± 10 km lebih jauh dibandingkan dengan jalur pertama menggunakan Bus Umum dengan trayek tetap.
Sebagai suatu kawasan wisata alam yang sekaligus juga merupakan kawasan wisata budaya dan ziarah, Parangtritis telah memperlengkapi diri dengan penginapan - penginapan dan rumah - rumah makan, serta berbagai fasilitas rekreasi seperti kolam pemandian, bumi perkemahan dan lain sebagainya














BAB IV
PRMBAHASAN KHUSUS
IV.1                     Penyajian Data
IV.1.1               Sejarah Museum Kereta Yogyakarta
Yogyakarta memang gudangnya daya tarik budaya tradisi. Hal ini dapat dilihat dari berjejalnya berbagai tempat beraroma seni dan budaya yang berakar pada budaya setempat, yaitu Jawa. Tak hanya karena kebijakan pemerintah tempat, penduduk bahkan pendatang yang merasa Yogyakarta sebagai "rumah" juga turut berperan aktif dalam melestarikan dan menjaga kelangsungan hidup warisan budaya yang tak ternilai harganya itu.
Di sekitar area Keraton Yogyakarta, terdapat satu museum khusus yang tidak dapat ditemui di tempat lain. Museum itu adalah Museum Kereta Keraton Yogyakarta. Bukan kereta uap atau kereta api yang menjadi koleksi museum ini, melainkan kereta kuda milik keraton Kasultanan Yogyakarta. Jika dibandingkan dengan jaman sekarang, kereta kuda milik keraton sebanding dengan plat nomor polisi Indonesia 1 dan Indonesia 2 yang dipakai Presidan dan Wakilnya.
Keberadaan Museum Kereta sudah dirintis pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Kereta koleksi museum ini telah berusia puluhan bahkan ada mencapai lebih dari seratus tahun. Beberapa masih digunakan dalam upacara-upacara kebesaran keraton. Yang tidak pernah digunakan umumnya karena pertimbangan usia dan sejarah yang pernah dilalui kereta-kereta tua itu.
Penamaan masing-masing kereta kuda tersebut seiring dengan kepercayaan orang-orang Jawa akan adanya roh atau kekuatan pada tiap benda. Lebih dari itu, penamaan dilakukan karena kereta-kereta tersebut telah banyak berjasa dan telah dianggap sebagai pusaka keraton. Kereta-kereta milik keraton tersebut masing-masing diberi nama dan memiliki kegunaan khusus.
Museum Kereta terletak masih dalam lingkungan Keraton Yogyakarta bagian barat daya alun-alun utara, tepatnya di Jalan Rotowijayan. Museum milik keraton yang dibangun dengan arsitektur Jawa ini berada di atas tanah seluas 14.000 meter persegi. Saat ini, museum ini memiliki koleksi sebanyak 18 buah kereta kuda. Diantara koleksi tersebut, Kereta Nyai Jimat adalah yang paling dihormati.
Berdasarkan bentuknya, kereta-kereta milik keraton dibagi menjadi 3 jenis. Yang pertama adalah kereta atap terbuka dan beroda dua. Contoh dari kereta jenis ini adalah Kereta Kapolitin. Jenis kedua adalah kereta atap terbuka dan beroda empat, misalnya Kyai Jongwiyat dan semua kereta yang menggunakan nama Landower. Dan, jenis terakhir adalah kereta atap tertutup dan beroda empat, misalnya Nyai Jimat, Kyai Garudayaksa, dan Kyai Wimanaputra.
Bentuk kereta juga membedakan fungsi dan penggunanya. Kereta jenis pertama digunakan oleh Sultan untuk kendaraan rekreasi. Jenis kedua digunakan oleh beberapa kelompok terpandang seperti para pengawal sultan, rombongan penari keraton, dan para komandan prajurit keraton. Yang ketiga adalah kereta khusus Sultan dan keluarganya. Kyai Ratapralaya yang dibuat di kampung Rotowijayan adalah kereta jenazah khusus bagi Sultan yang sudah mangkat. Dalam sejarahnya, kereta ini baru digunakan dua kali.
Sebagai pusaka keraton, kereta-kereta tesebut juga mendapat penghormatan berupa acara Jamasan. Jamasan adalah kegiatan memandikan, memberi "makan" berupa sesaji, dan mendoakan doakan semua benda pusaka. Jamasan pusaka keraton selalu jatuh pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pertama tiap bulan Suro ( bulan pertama dalam kalender Jawa). Upacara jamasan pusaka Keraton Yogyakarta berlangsung di dua tempat yaitu di Gedong Pusaka dan di Museum Kereta Keraton Yogya.
Pelaksanaan jamasan pusaka di Museum Kereta hanya khusus untuk kereta pusaka. Upacara jamasan kereta pusaka dipimpin oleh sesepuh abdi dalem keraton yang bertugas menjaga museum tersebut. Kereta yang wajib di jamasi tiap tahun adalah kereta Nyai Jimat. Kereta Nyai Jimat merupakan kereta kebesaran Sultan HB I sampai dengan Sultan HB IV yang dianggap sebagai sesepuh kereta-kereta yang lain. Kereta buatan Belanda tahun 1750-an ini merupakan pemberian Gubernur Jenderal Jacob Mossel.
Tiap kali dilaksanakan Jamasan, Kereta Nyai Jimat harus selalu ditemani oleh sebuah kereta lain. Kereta yang menemani dipilih secara bergantian tiap tahunnya. Dalam acara jamasan itu, semua yang terlibat dalam upacara haruslah laki-laki dan mengenakan pakaian adat Yogyakarta lengkap dengan surjan dan blangkon. Karena unik dan hanya terjadi setahun sekali, upacara tradisional ini tentu bisa menjadi atraksi tersendiri bagi para turis.
Selain prosesi upacara, ada satu hal lagi yang unik dan menarik. Selama prosesi Jamasan itu, banyak penonton yang umumnya kaum tua berdesakan disekitar kereta pusaka. Mereka menunggu dengan sabar air bekas mencuci kereta, yang dalam bahasa setempat sering diistilahkan sebagai "ngalap berkah". Hingga sekarang, masih banyak warga yang percaya bahwa air bekas cucian kereta berkhasiat memberi kesuburan bagi sawah, panjang umur, serta kesehatan. Bahkan tak sedikit yang membasuh wajah dengan air bekas cucian kereta yang mereka kumpulkan dari got di sekitar tempat upacara. (Roberto J. Setyabudi/020508)
IV.1.1               Koleksi Museum Kereta Yogyakarta
Secara ringkas, bila disusun berdasar tahun pembuatan atau pembeliannya, kareta-kareta tersebut dirinci sebagai berikut.
1        Kareta Kanjeng Nyai Jimad. Kerata ini merupakan pusaka Kraton, dibuat oleh Belanda pada tahun 1750. Kereta ini adalah hadiah dari Spanyol yang pada saat itu sudah memiliki hubungan dagang dengan pihak kerajaan. Kereta ini digunakan sebagai alat transportasi sehari-hari oleh Sri Sultan HB I-III. Kereta ini ditarik oleh delapan ekor kuda. Kondisi seluruhnya masih asli. Pegas kereta initerbuat dari kulit kerbau. Setiap tahun, pada bulan Suro (Muharram), dilakukan upacara pemandian untuk kereta ini .
2        Kareta Mondro Juwolo. Kereta ini adalah kereta yang dipakai oleh Pangeran Dipenogoro. Catnyasudah diperbarui pada saat diadakannya Festival Kraton Nusantara. Kereta ini dibuat olehBelanda tahun 1800 dan ditarik oleh enam ekor kuda.
3        Kareta Kyai Manik Retno. Kereta ini dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB IV, tahun 1815. Kereta ini dibuat oleh Belanda. Kereta ini digunakan oleh sultan bersama dengan permaisuri.Kereta untuk pesiar ini ditarik oleh empat ekor kuda.
4        Kareta Kyai Jolodoro. Kereta ini dibuat Belanda pada tahun 1815 dan merupakan peninggalan Sri Sultan HB IV. Kereta Jolodoro adalah kareta pesiar (dari kata “Jolo” yang berarti menjaring, dan“Doro” yang berarti gadis). Pengendali atau sais berdiri di belakang. Kereta ini ditarik empat ekor kuda.
5        Kareta Kyai Wimono Putro. Kereta ini dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VI, tepatnyatahun 1860. Digunakan pada saat upacara pengangkatan putra mahkota. Kereta ini kondisinya masih asli (warna kayu). Kereta ini ditarik oleh enam ekor kuda.
6        Kareta Garudo Yeksa. Kereta ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1861, yaitu pada masa Sri Sultan HB VI. Kereta ini digunakan untuk penobatan seorang sultan. Kereta ini ditarik delapan ekor kuda yang sama warna dan jenis kelaminnya. Kereta ini juga disebut Kareta Kencana (kareta emas). Semua yang ada di kereta ini masih asli termasuk simbol/lambang burung garuda yang terbuat dari emas 18 karat seberat 20 kg. Lapisan emas tersebut jika digosok atau dibersihkan akan terkikis. Oleh karena itu kereta ini hanya dibersihkan menjelang saat akan digunakan saja. Konon sekitar 6-7gram emas akan hilang setiap kali digosok/dibersihkan. Mahkotanya terbuat dari kuningan dan puncaknya berbentuk seperti Tugu Monas. Konon, Soekarno memang menggunakan bentuk mahkota ini untuk membuat desain Tugu Monas. Desain kereta datang dari Sri Sultan HB I. Uniknya, apabila pintu kereta dibuka, maka akan ada tangga turun dengan sendirinya seperti yang sering dijumpai pada pintu-pintu pesawat terbang. Pengendali kuda hanya satu orang. Kereta ini masih dipakai sampai sekarang.
7        Kareta Kyai Harsunaba. Kereta ini merupakan sarana transportasi sehari-hari dari masa Sri Sultan HBVI-VIII. Kereta ini dibeli pada tahun 1870 dan ditarik oleh empat ekor kuda.
8        Kareta Kyai Jongwiyat. Kereta ini dibuat di Den Haag, Belanda, pada tahun 1880. Kereta ini adalah peninggalan Sri Sultan HB VII dan digunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan, misalnya untuk memeriksa barisan prajurit dan sebagainya. Sri Sultan HB VII adalah sultan yang paling banyak melakukan peperangan dengan Belanda. Kareta ini ditarik oleh enam ekor kuda. Pada saat Sri Sultan HB X menikahkan putrinya, kareta ini kembali digunakan. Beberapa bagian dari kareta ini sudah mengalami renovasi, misalnya warna cat yang sudah diganti menjadi kuning.
9        Kareta Roto Biru buatan Belanda pada tahun 1901, tepatnya pada masa Sri Sultan HB VIII. Kereta ini dinamakan Roto Biru karena didominasi oleh warna biru cerah yang melapisi kereta sampai ke bagian roda-nya. Dipergunakan untuk manggala yudha bagi panglima perang. Pada saat HB X menikahkan putrinya, kareta ini digunakan untuk mengangkut besan mertua. Kareta ini ditarik oleh 4 ekor kuda.
10    Kareta Kus Sepuluh. Kereta ini adalah kereta buatan Belanda pada tahun 1901, yaitu pada masa Sri Sultan HB VIII. Aslinya adalah kereta Landower dan bisa dipergunakan untuk pengantin. Cat aslinya yang berwarna hijau sudah diganti menjadi kuning dan dipercayai mengandung makna politis (warna salah satu parpol) pada saat dilakukan pengecatan ulang. Walaupun bisa digunakan sebagai kereta pengantin, namun pada acara pernikahan putri Sri Sultan HB X yang baru lalu kareta ini tidak dipakai oleh mempelai.
11    Kareta Kus Gading. Kereta ini dibeli pada masa Sri Sultan HBVIII. Kereta ini buatan Belanda pada tahun 1901 dan ditarik oleh empat ekor kuda.
12    Kyai Rejo Pawoko. Kereta ini dibuat pada tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIIIdan diperuntukkan sebagai sarana transportasi bagi adik-adik Sultan. Kereta ini ditarik oleh empatekor kuda. Konon kereta ini dibeli bersamaan dengan lahirnya Bung Karno, yakni pada tahun 1901.
13    Kareta Landower. Kareta ini dibuat oleh Belanda pada jaman pemerintahan Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901. Kereta ini ditarik oleh empat ekor kuda.
14    Kareta Landower Wisman. Kereta ini dibeli dari Belanda pada tahun 1901, yakni pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII. Kereta ini pernah direnovasi pada tahun 2003. Kereta ini digunakan sebagai sarana transportasi pada saat sultan melakukan penyuluhan pertanian. Kereta ini ditarik oleh empat ekor kuda.
15    Kareta Landower. Kereta ini dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901. Kereta inibuatan Belanda. Dahulu kereta ini sempat dipamerkan di Hotel Ambarukmo. Kereta ini ditarik olehempat ekor kuda.
16    Kareta Premili. Kareta ini dirakit di Semarang pada tahun 1925 dengan suku cadang yang didatangkan langsung dari Belanda. Kereta ini digunakan untuk menjemput penari-penari Kraton.Kereta yang ditarik oleh empat ekor kuda ini, pada salah satu bagian rodanya tertulis “G.Barendsi”.
17    Kareta Kyai Kutha Kaharjo. Kereta ini Dibeli pada jaman pemerintahan Sri Sultan HB IX, dan dibuat di Berlin pada tahun 1927. Digunakan untuk mengiringi acara-acara yang diselenggarakan oleh Kraton, kereta ini ditarik oleh empat ekor kuda.
18    Kareta Roto Praloyo. Kereta ini merupakan kareta jenazah yang dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1938. Kereta inilah yang membawa jenazah Sultan hamengkubuwono IX dari Keraton menuju Imogiri. Kereta ini ditarik oleh 8 ekor kuda.
19    Kareta Kyai Jetayu. Kereta ini dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1931. Kereta yang diperuntukkan sebagai alat transportasi bagi putri-putri Sultan yang masih remaja ini, ditarik olehempat ekor kuda dengan pengendali yang langsung berada di atas kuda.
20    Kareta Kapulitin. Merupakan kareta untuk pacuan kuda/bendi. Kereta dibeli pada jaman pemerintahan Sri Sultan HB VII yang memang menggemari olah raga berkuda. Kareta ini hanya ditarik oleh seekor kuda saja.
21    Kareta Kyai Puspoko Manik. Kareta ini dibuat di Amsterdam, Belanda. Kereta ini digunakan sebagaisarana pengiring acara-acara Kraton termasuk untuk pengiring pengantin. Kereta ini ditarik olehempat ekor kuda.
22    Kareta Landower Surabaya. Kareta ini sudah dipesan dari masa Sri Sultan HB VII namun baru bisa dipakai pada saat masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII. Kereta ini buatan Swiss dan digunakan sebagai sarana transportasi penyuluhan pertanian di Surabaya.
23    Kyai Noto Puro. Kereta ini dibuat di Belanda pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VII. Kereta inidigunakan untuk aktivitas dalam peperangan. Saat ini bentuk fisiknya sudah mengalami renovasi.Kereta ini ditarik oleh empat ekor kuda.












PENUTUP
A . KESIMPULAN
Museum keret Jogjakarta merupakan suatu peninggalan sejarah keraton Jogjakarta yang sejak saat ini dijaga dan dilestarikan sebagai salah satu objek wisata sejarah yang menarik.Tujuan adanya museum keraton ini memperkenalkan pada generasi muda bangsa betapa indahnya karya-karya leluhur kita.
Kereta-kereta dimuseum keraton ini dulunya digunakan raja untuk kendaraan seperti pada pelantikan raja.karena usia kereta cukup tua maka kereta itu dimuseumkan.Tujuan dari pembuatan karya tulis ini selain melengkapi nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal ) juga ingin memberikan pengetahuan pada pembaca tentang kereta-kereta dikeraton Jogjakarta serta kegunaanya.


B. PESAN
Kita sebagai bagian dari warga Indonesia harus melestarikan kebudayaan serta peninggalan sejarah Indonesia kususnya kereta-kereta kerarton.

C . KESAN
Saya senang dan bangga menjadi bagian warga Negara Indonesia. Karena Indonesia memiliki keaneka ragaman budaya serta sejarah yang beraneka ragam pula.

DAFTAR PUSTAKA
1.      eprints.uns.ac.id/493/1/167780509201009351.pdf
2.      ms.wikipedia.org/wiki/Thomas_Edison
4.      penpasksgb.blogspot.com/.../deklasifikasi-maklumat-tentang-ipp.html














1 komentar: